Denpasar, Bali Tribune – Terjaganya harga-harga dari sisi administered price, salah satunya harga tiket pesawat mengalami penurunan secara bertahap, menumbuhkan optimisme Bank Indonesia dalam menjaga inflasi di Bali. Bank Indonesia (BI) optimis inflasi Bali tetap terjaga apalagi di tahun politik ini. Optimisme tersebut tercermin dari hasil survai pemantauan harga yang dilakukan oleh KPw BI Bali, pada minggu ke 3 Januari trennya melandai dibandingkan awal bulan. “Indonesia National Air Carrier Asscociation (INACA) sudah memiliki kesepakatan untuk menurunkan harga secara bertahap. Ini merupakan langkah bagus dan kita lihat hasilnya nanti,” kata Kepala Kantor Perwakilan BI Bali Causa Iman Karana melalui selulernya di Denpasar, Kamis (24/1).
Begitupula dari komponen administered price dari sisi harga-harga lain seperti listrik dan BBM juga diprediksi masih bertahan di harga-harga yang lama. Menjelang pemilu, pemerintah juga tidak akan gegabah menaikkan harga. Di samping itu, Cik biasa disapa meyakini inflasi di Bali dapat terjaga seiring terbitnya Pergub 99 tahun 2018. Pergub tersebut diyakininya merupakan salah satu wujud menyeimbangkan struktur ekonomi yang selama ini lebih dominan ke pariwisata. “Dengan adanya Pergub 99 tahun 2018, sektor pertanian, perkebunan dan industri kreatif akan tumbuh. Ini juga akan membawa struktur ekonomi Bali yang lebih merata," jelasnya.
Menurutnya dalam upaya menjaga inflasi, perlu diperhatikan ketersediaannya dengan melihat produksi dari sisi hulunya. Tidak dipungkiri kebutuhan masyarakat Bali selama ini masih didatangkan dari luar seperti Jawa, Sulawesi, NTB dan lainnya sehingga rentan menimbulkan inflasi. “Berbanding terbalik bila semua kebutuhan diproduksi di daerah ini sendiri. Hal ini akan menjaga stabilitas harga lebih terjaga lagi di Bali,” imbuhnya.
Disinggung tahun politik terhadap pertumbuhan ekonomi, Cik menegaskan situasi politik ini sudah beberapa kali dialami masyarakat sehingga dalam penanganannya pun telah berpengalaman. Dari sisi masyarakat tidak terlalu berpengaruh terhadap aktivitas ekonominya mengingat sudah beberapa kali berpengalaman melakukan itu. “Pada 2019 ini yang harus dihadapi adalah digital ekonomi. Digital ekonomi ini perkembangannya sangat masif dan cepat,” pungkasnya. arw