Tabanan, Bali Tribune
Serangkaian perayaan Rahina Tumpek Kandang, Sabtu (30/4) lalu. Desa Pakraman Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan membuat persembahan tambahan kepada para satwa yang ada di Daya Tarik Wisata (DTW) Alas Kedaton. Selain banten otonan Wre (kera), Desa Pakraman Kukuh juga membuat gebogan buah. Tak kurang dari seribu buah dipasang pada gebogan setinggi 2,5 meter ini. Tujuannya, selain wujud syukur krama hal itu ditujukan pula untuk makanan tambahan kera.
Sebelum diarak keliling objek, Gebogan Buah seberat 2 ton ini lebih dulu dipersembahkan di Pura Dalem Kahyangan Kedaton. Prosesi otonan Wre atau wanara dipimpin Bendesa Adat Kukuh I Gede Subawa dan dipuput pamangku Pura Dalem Kahyangan. Otonan Wre dihadiri Camat Marga Made Murdika, Perbekel Desa Kukuh I Ketut Budiarta dan Kelompok Pedagang Alas Kedaton (KPAK). Setelah ritual otonan untuk Wre yang upacaranya dipimpin Jero Mangku Ketut Sudira, barulah gebogan buah ini diarak keliling objek.
Gebogan seberat 2 ton dengan tinggi 2,5 meter ini diarak sebanyak tiga kali. Saat ngrebeg (mengarak) gebogan buah ini, Pengayah Desa bertugas membawa bandrang dan tedung. Bendesa Adat Kukuh, I Gede Subawa mengatakan, ngrebeg gebogan buah ini baru pertama kali digelar di Alas Kedaton. “Ini upacara tambahan di luar banten otonon sato (binatang, red). Sebagai bentuk puji syukur, kera dan kelelawar tetap lestari di Alas Kedaton,” ungkapnya.
Subawa menambahkan, tujuan lainnya, ngrebeg gebogan ini sebagai makanan tambahan untuk kera di Alas Kedaton. Buah-buahan pun dipilih jenis lokal seperti sotong (jambu), manggis, jeruk, apel, dan pisang. Dikatakan, ngrebeg gebogan buah ini juga menunjukkan kepada masyarakat bahwa persatuan dan kesatuan krama di Desa Pakraman Kukuh kokoh lestari. “Kami akan evaluasi, buah apa yang paling digemari duwe (kera) di Alas Kedaton,” tandas Subawa.