balitribune.co.id | Denpasar – Pada 2 Juni 2022 hubungan kerjasama bilateral antara Republik Ukraina dan Republik Indonesia akan memasuki masa 30 tahun. Tentu diharapkan kerjasama ke depan bisa terus ditingkatkan yang saling menguntungkan bagi kedua negara. Provinsi Bali juga bisa menangkap peluang kerjasama ke depannya. Adapun sektor kerjasama yang menjadi fokus Ukraina terdiri atas 8 bidang seperti pertanian, pengolahan makanan, industri energi, Mechanical Engineering, transportasi dan logistik, IT dan telekomunikasi, produk farmasi dan kesehatan, industri pariwisata dan ekonomi kreatif.
Demikian dipaparkan Konsul Kehormatan Ukraina di Denpasar Bali, I Nyoman Astama melalui pesan elektroniknya, Senin (14/2) yang saat ini masih berada di Republik Ukraina, Eropa Timur. Ia menilai fokus pengembangan kerjasama Ukraina tersebut, ada sebagian besar kesesuaian dengan arah prioritas kebijakan dan program pembangunan Bali Era Baru yang berdasarkan pola pembangunan semesta berencana dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Dengan makna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan Krama/warga Bali yang sejahtera dan bahagia, Sekala-Niskala bagi kehidupan Krama dan bumi Bali. Dimana fokus pembangunan Bali diimplementasikan pada Jana Kerthi, Jagat Kerthi, Danu Kerthi, Wana Kerthi, Segara Kerthi, Atma Kerthi yang dikawal dengan menetapkan regulasi berupa Peraturan Gubernur Bali dan Peraturan Daerah.
Disampaikan Astama, sejalan dengan program pembukaan Bali untuk wisatawan mancanegara dan peringatan 30 tahun hubungan bilateral Ukraina dengan Indonesia, ia yang juga adalah Managing Director Pacific Holidays DMC melakukan perjalanan ke Ukraina dari 30 Januari sampai 15 Februari 2022. “Perjalanan kali ini adalah untuk ‘menjemput bola’ dalam mengantisipasi rencana pembukaan Bali bagi wisatawan mancanegara, serta upaya kegiatan nyata dalam meningkatkan kerjasama bilateral kedua negara yang sudah terjalin baik selama ini," ungkapnya.
Menurut dia, kesempatan ini juga dijadikan sebagai suatu peluang untuk berkreasi dan berinovasi dalam melakukan diversifikasi mengantisipasi stagnannya kegiatan pariwisata dalam dua tahun terakhir ini. "Tantangan juga tidak kecil apalagi perjalanan ini dalam musim dingin sampai minus 15 derajat dan maraknya pemberitaan media yang mengekspos memanasnya hubungan di perbatasan Ukraina dan Rusia," ungkap Astama.
Ia mengakui banyak pertanyaan para sahabat yang menunjukkan kepedulian mereka dengan menanyakan keadaan dan situasi akan terjadinya perang Ukraina dan Rusia. Bahkan ada yang mengirimkan video dan tautan berita media menanyakan apakah benar perang Dunia Ketiga sudah terjadi dan sebagainya. Pemberitaan media sangat mudah memicu persepsi yang berbeda-beda.
"Oleh karena itu berita objektif dari sumber terpercaya harus menjadi acuan. Pengecekan kembali kepada sumber berita dan kepada pihak-pihak terlibat dan berwenang menjadi suatu keharusan. Apalagi kita sudah memiliki banyak pengalaman dan melihat kejadian bahwa akibat mudahnya terjadi provokasi bisa menyebabkan terjadi kerusuhan, dan bahkan perang saudara sampai hancurnya suatu negara," tambahnya.
Berdasarkan komentar dari Kementerian Luar Negeri Ukraina dari Bagian Fungsi Misi Diplomatik menyatakan bahwa di wilayah teritorial Ukraina terdapat 129 kedutaan besar dan konsulat dari negara asing serta misi-misi organisasi internasional. Per 24 Januari 2022 hanya empat negara mengumumkan keinginannya untuk mengevakuasi anggota keluarga dan staf atau mengizinkan mereka meninggalkan wilayah Ukraina secara sukarela, yaitu Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jerman.
Sedangkan negara-negara dan misi internasional lainnya tidak ada rencana untuk mengevakuasi atau mengurangi staf pada saat ini karena tidak cukup alasan untuk melakukan itu. Lebih lanjut Astama menyatakan, pada situasi saat ini sangat penting untuk menghindari langkah-langkah atau penyebaran informasi di ruang publik yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan ketegangan dalam masyarakat, karena akan berpengaruh pada ketidakstabilan perekonomian dan keuangan. "Pada saat seperti ini lah persatuan dan soliditas Ukraina dan para mitra dibutuhkan karena itu menjadi kekuatan bersama. Hal ini termasuk juga upaya-upaya kita untuk melakukan aksi nyata agar bisa keluar dari dampak pandemi saat ini," tutupnya.