BALI TRIBUNE - Sebanyak 450 lebih penggemar permainan ceki di Desa Pakraman Renon, dan sekitarnya mengikuti Turnamen Ceki dalam rangka penggalian dana Pemaksan Baris Cina dan Gong Beri Desa Pekraman Renon di Balai Banjar Kelod Renon, Sabtu (17/6). Meski tanpa unsur judi, ratusan peserta tetap antusias mengambil bagian dalam turnamen yang baru pertama kali diselenggarakan ini.
Tampak ratusan masyarakat penggemar ceki berbondong-bondong mengikuti turnamen yang diprakarsai Pemaksan Baris Cina dan Gong Beri Desa Pakraman Renon. Dimana turnamen yang memberikan hadiah utama satu unit sepeda motor ini diikuti dari kalangan remaja, dewasa hingga ibu rumah tangga di seputaran Desa Pakraman Renon dan sekitarnya, yang sangat meriah diiringi dengan sorak-sorak peserta dan penonton.
Turnamen Ceki yang dibuka secara langsung Ketua Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Provinsi Bali, AA Ngurah Oka Ratmadi atau Cok Rat yang juga Anggota DPD RI dari Provinsi Bali didampingi Wakil Walikota Denpasar IGN Jaya Negara. Dalam kegiatan tersebut hadir pula anggota DPRD Kota Denpasar, Kepala Kelurahan Renon, Jro Bendesa Pakraman Renon, serta pihak terkait lainnya.
Menurut Cok Rat, tujuan yang dapat dicapai dalam turnamen ceki ini, yakni berekreasi sambil melakukan pelestarian budaya Bali sekaligus menjadi ajang penggalian dana untuk mendukung operasional Pemaksan Baris Cina dan Gong Beri. “Adanya turnamen ini bisa menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan hobi bermain ceki tanpa harus berjudi, sekaligus mendukung operasional dan penggalian dana di dalam melaksanakan prosesi keagamaan,” ujarnya.
Wakil Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara mengungkapkan sangat mengapresiasi dengan animo masyarakat di dalam upaya pengalian dana untuk prosesi upacara keagamaan seperti tarian Baris Cina dan Gong Beri yang tidak lain merupakan kearifan lokal/ local genius yang dikelola dalam suatu wadah pelestarian budaya dalam mendukung keajegan Bali, disamping juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap aspek agama dan budaya. Selain itu, permainan ceki ini merupakan suatu langkah untuk melestarikan budaya dan juga sering dilakukan oleh masyarakat untuk menghilangkan rasa suntuk saat begadang di rumah warga tatkala menyelenggarakan upacara adat dan agama.
Sedangan Ketua Panitia Wayan Muryana didampingi Sekretaris Gede Eka Suputra mengatakan, sistem pertandingan dalam turnamen ini prinsipnya sama dengan aktivitas ceki biasanya. Hanya saja ada beberapa modifikasi dengan menggunakan sistem poin. Dalam satu meja ada 4-5 pemain ceki yang berkompetisi dalam penyisihan hingga final dan diselenggarakan selama 2 hari yakni 17-18 Juni 2017.
Tujuan Turnamen Ceki ini adalah untuk menyalurkan bakat dan minat para penghobi ceki tanpa harus memasang taruhan dan mereka tak perlu khawatir akan digerebek aparat kepolisian. Selain itu, ide kreatif Turnamen Ceki ini juga untuk menjaga tradisi tanpa melanggar aturan hukum yang berlaku di masyarakat. “Antusias penggemar ceki ini sangat banyak sebagai bagian dari olahraga seni dan rekreasi. Apalagi turnamen ini menjadi ajang pengalian dana sehingga animo masyarakat untuk mengikuti turnamen ini semakin meningkat,” ujar Ketua Panitia, Wayan Muryana.ADV