balitribune.co.id | Denpasar - Pemerintah Kota Denpasar menggelar upacara atau ritual Wana Kerthi dan Nguduh Sarwa Tumuwuh dalam memperingati Hari Suci Tumpek Wariga sebagai bentuk penghormatan kepada alam dan lingkungan, khususnya tumbuh-tumbuhan.
Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara dalam peringatan Hari Tumpek Wariga, di Pura Agung Lokanatha Denpasar, Sabtu, mengatakan peringatan Tumpek Wariga atau Tumpek Bubuh di kota setempat memang rutin dilaksanakan.
"Hal ini juga sejalan dengan Instruksi Gubernur Bali Nomor 6 Tahun 2023 tentang Perayaan Tumpek Wariga dengan Upacara Wana Kerthi," ucapnya.
Meskipun demikian, di Kota Denpasar, selain upacara Wana Kerthi juga dilaksanakan Upacara Nguduh Sarwa Tumuwuh atau memberikan persembahan bubuh (bubur) bagi tumbuh-tumbuhan.
Saat Tumpek Wariga, umumnya upacara dilaksanakan di kebun. Umat Hindu menghaturkan sesaji berupa canang dan bubur dari tepung beras yang dipersembahkan untuk Dewa Sangkara, yang merupakan manifestasi Tuhan sebagai dewa tumbuh-tumbuhan.
Jaya Negara menambahkan, perayaan Tumpek Wariga sekaligus merupakan penjabaran dari salah satu inti konsep Tri Hita Karana, yakni membangun hubungan harmonis antara manusia dengan alam.
"Mari kita bersama, umat Hindu dimanapun berada menjadikan Tumpek Wariga ini sebagai momentum untuk meningkatkan bhakti, wujud syukur kepada alam semesta yang telah memberikan anugerah kekayaan alam," katanya.
Diiringi dengan suara kidung dan gender wayang, rangkaian upacara dipimpin Ida Pedanda Gede Putra Keniten, dari Griya Tainsiat.
Usai persembahyangan, Wali Kota Denpasar bersama jajaran turut melaksanakan Upacara Nguduh Sarwa Tumuwuh. Hal ini dilaksanakan dengan memberikan persembahan kepada tumbuh tumbuhan dengan menggunakan persembahan bubur lima jenis warna.
Dalam Tutur Lontar Bhagawan Agastyaprana disebutkan kelima jenis bubuh tersebut yakni bubur/bubuh beras putih dipersembahkan kepada tumbuh-tumbuhan penghasil umbi-umbian.
Bubur beras merah untuk tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan biji-bijan. Bubur sumsum warna hijau dipersembahkan kepada pepohonan yang berbuah melalui penyerbukan bunga putik, seperti mangga, klengkeng, wani, kelapa, prapat (mangrove), dan lainnya.
Bubur ketan (warna kuning) dipersembahkan untuk pepohonan yang berbuah pada batang, seperti nangka, durian, langsat, kepundung, dan lainnya.
Sedangkan bubur beras injin (beras hitam) dipersembahkan untuk tumbuh- tumbuhan dan tanaman hias yang menghasilkan bunga, daun warna- warni, dan/atau minyak harum.
Bubur tersebut kemudian ditempelkan pada pohon setelah ditoreh sedikit sembari mengucapkan sesapa (kata) "Kaki kaki, Nini nini, Sarwa tumuwuh. Niki tiyang ngaturin bubuh mangda ledang tumbuh subur, malih selae lemeng Galungan. Mabuah apang nged, nged, nged,".
Hal itu dimaksudkan agar pohon berbuah dan berbunga banyak agar dapat dipersembahkan saat Galungan yang jatuh 25 hari setelah hari Tumpek Wariga.
Upacara Wana Kerthi tersebut juga dihadiri Wakil Walikota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa, Ketua DPRD Kota Denpasar I Gusti Ngurah Gede, Sekda Kota Denpasar IB Alit Wiradana, Ketua MDA Kota Denpasar, AA Ketut Sudiana, Ketua PHDI Kota Denpasar I Made Arka serta perwakilan Polresta Denpasar.
Hadir pula Ketua TP PKK Kota Denpasar Sagung Antari Jaya Negara, Ketua GOW Kota Denpasar Ayu Kristi Arya Wibawa beserta pimpinan organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemkot Denpasar.