BALI TRIBUNE - Secara angka banyaknya turis yang berkunjung ke Bali sejauh ini masih dianggap belum terlihat mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat Bali. Bahkan angka kemiskinan masih tetap tinggi. Padahal kalau melihat turis yang datang dengan lama tinggal dan uang yang dibelanjakan begitu besar semestinya masyarakat Bali bisa lebih sejahtera dari sekarang ini. "Lantas kemana larinya pendapatan jutaan turis yang ke Bali ini. Apa sudah sepenuhnya uang itu dinikmati masyarakat Bali seutuhnya. Bisa saja turisnya saja yang ke Bali namun sebagian uang yang dibawa sudah "lari" ke tangan lain di luar sana," ujar pelaku salah satu pelaku bisnis pemilik Khrisna Cargo AA Mahendra di Denpasar, Sabtu (31/3).
Menurutnya ke depan Bali jangan semata mata hanya mengejar kuantitas turis yang datang, namun perlu dilihat sejauh mana kontribusinya bagi pariwisata Bali dari sisi pendapatan. “Jangan sampai kelihatannya saja banyak turis yang datang, tapi belanjanya di Bali kecil,” tegasnya.
Hal itu bisa terjadi karena beberapa transaksi mereka sudah dilakukan di tempat lain melalui agen-agen di negara mereka seperti pemesanan hotel, transport, akibatnya belanja mereka jadi rendah di Bali. “Kita hanya mendapatkan receh, yang kakap sudah diambil mereka diluar sana. Hanya sebagian kecil yang kita dapatkan,” ujarnya. Untuk itu ke depan perlu ada kajian dari pihak terkait untuk mengetahui seberapa besar belanja mereka yang “murni” mengendap di Bali sehingga bisa diketahui apa yang didapat Bali dari turis yang datang. Bali menurutnya sangat kecil, jangan sampai ruang/lahan habis untuk kepentingan pariwisata, tapi masyarakatnya tak dapat apa-apa.
Apa yang diungkapkan Mahendra juga tidak terlepas dari kecilnya kepemilikan bisnis pariwisata oleh warga lokal sehingga pendapatan yang masuk ke Bali menjadi “semu” bagi kesejahteraan warga lokal. “Kelihatannya saja dalam angka begitu besar pemasukan bagi Bali namun yang bisa dinikmati masyarakatnya sangat kecil,” tambah pengusaha jasa logistik ini.
Di sisi lain Mahendra juga mencermati kunjungan turis Cina yang semakin banyak ke Bali. Menurutnya perkembangan ini juga harus dikaji agar dampak positifnya bisa diperoleh Bali. “Dubai melakukan kajian sampai sepuluh tahun sebelum membuka pintu kunjungan bagi turis Cina,” tambahnya mengingatkan.
Menurut pengamatannya, Sejumlah pengelola pariwisata saat ini juga mulai selekif terhadap kedatangan turis Cina ke Bali. “Kita lebih fokus menerima turis Cina yang datang secara perorangan. Kalau yang grup kita selektif," ucap Mahendra. Pariwisata Bali telah mendapat berbagai penghargaan terbaik di dunia, jangan sampai ini "meninabobokan". Bali semestinya lebih berperan aktif lagi dalam menciptakan patiwisata yang berkualitas dengan tidak menampik jumlah wisatawan yang datang.