Pengolahan Padi Pascapanen - Bali Kembangkan Teknologi Satake | Bali Tribune
Bali Tribune, Minggu 22 Desember 2024
Diposting : 7 July 2017 20:09
release - Bali Tribune
audiensi
Gubernur Made Mangku Pastika saat menerima audiensi Satake Shoichi Tanaka di ruang rapat Gubernur, Kamis (6/7).

BALI TRIBUNE - Gubernur Made Mangku Pastika menyambut baik dan menyampaikan dukungannya atas rencana pembangunan tempat pengolahan padi pascapanen yang akan dikemas secara modern dengan menggunakan teknologi Satake Jepang. Demikian terungkap saat Gubernur Pastika menerima Direktur Perusahaan Satake Shoichi Tanaka di ruang rapat Gubernur, Kamis (6/7).

Dalam kesempatan tersebut Gubernur Pastika menyampaikan, sesuai fakta di lapangan pada saat panen raya harga gabah para petani megalami penurunan sangat drastis (anjlok) meskipun sesungguhnya patokan harga gabah minimum sudah ditetapkan.

Anjloknya harga gabah khususnya pada saat panen berdampak pada menurunnya pendapatan para petani, bahkan tak jarang anjloknya harga tersebut memberi kerugian bagi para petani. Untuk itu dengan kehadiran teknologi Satake diharapkan dapat membantu menjaga kestabilan harga gabah dan dengan demikian penghasilan petani dapat meningkat.

“Kita mengekspor gabah, dan di lain sisi kita mengimpor beras. Harga gabah dijual murah dan harga beli beras jadi tinggi. Saya harap hadirnya teknologi ini bisa menjadi sebuah solusi bagi sektor pertanian kita khususnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan para petani,” imbuhnya.

Direktur Perusahaan Satake Shoichi Tanaka menyampaikan bahwasannya mesin teknologi yang ia gunakan dalam pengolahan gabah ini memiliki kapasitas untuk mengeringkan gabah basah sampai dengan 150 ton per hari. Tidak hanya itu, gabah yang sudah kering dapat disimpan selama enam sampai delapan bulan dengan menggunakan teknologi ini. Sehingga dengan demikian tidak akan terjadi penumpukan gabah yang berimbas pada rendahnya harga beli gabah.

Lebih jauh Tanaka menyampaikan dengan menggunakan teknologi ini beras yang dihasilkan akan utuh dan tidak pecah dan kemungkinan rusak hanya mencapai 10-15 persen jauh berbeda dengan kondisi jika menggunakan sistem tradisional yang hanya menghasilkan 60 persen beras dari padi kering dan kondisi beras banyak yang tidak sempurna.

“Teknologi ini akan membantu dalam menjaga kestabilan harga gabah di pasaran. Tidak hanya itu, tidak ada debu yang dihasilkan sehingga teknologi ini benar benar ramah lingkungan,” tuturnya.

Hadir dalam pertemuan ini Asissten Administrasi Umum Setda Provinsi Bali I Gusti Ngurah alit, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Ni Wayan Kusumawathi serta Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi Bali I Dewa Gede Mahendra Putra.