BALI TRIBUNE - Beberapa tahun terakhir, di Indonesia terutama Bali semakin marak munculnya beragam produk kecantikan seperti produk body spa. Pasar produk spa diprediksi akan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat serta tren masyarakat untuk menggunakan produk spa natural sangat besar, hal ini didukung oleh potensi tanaman obat, kosmetik dan aromatik di Indonesia dengan jumlah sekitar 30 ribu jenis.
Oleh karena itu, peluang dan kreativitas industri spa natural menjadi terbuka di dalam negeri. Seminyak, Legian, Jimbaran dan Nusa Dua merupakan daerah dengan banyak menawarkan pelayanan spa dan pembuatan produk spa di Kabupaten Badung. Dua di antaranya adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) CV. Banyu Spa dan UD Bungan Jepun.
Kedua UKM ini secara aktif memproduksi dan memasarkan produk spa dan produknya telah tersebar sampai manca negara secara tidak langsung. Namun banyak kendala yang masih dihadapi dalam industri spa natural antara lain, aspek bahan baku, aspek proses produksi, aspek pemasaran, aspek sarana dan fasilitas serta legalisasi produk. Untuk itulah Universitas Udayana memberikan pendampingan, pembinaan dan pembenahan secara berkesinambungan melalui program pengabdian masyarakat Ipteks bagi Produk Ekspor (IbPE).
Program IbPE Produk Spa Natural di Badung Bali merupakan salah satu skim pengabdian multi tahun dengan pendanaan dari Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) yang dilaksanakan secara berkelanjutan dari tahun 2017 hingga 2019 dalam bentuk penerapan dan pengembangan hasil riset perguruan tinggi, untuk memacu pertumbuhan produk ekspor yang dihasilkan oleh Usaha Kecil Menengah (UKM).
Pelaksanaan IbPE yang dikomandani oleh Ni Putu Linda Laksmiani, S.Farm., M.Sc., Apt, staf dosen Program Studi Farmasi FMIPA Udayana selaku ketua tim pelaksana dengan anggota tim lainnya Ida Bagus Made Mahendra, M.Kom dan I G.N. Agung Dewantara P., M.Sc., Apt, dilaksanakan di Badung-Bali, pada awal Februari 2017.
Linda menyatakan bahwa program IbPE produk spa natural ini diharapkan dapat meningkatkan pengembangan UKM dalam merebut peluang ekspor dengan peningkatan mutu produk dan pemasarannya melalui pertumbuhan pasar yang kompetitif, ketika ditemui Bali Tribune di Kampus Program Studi Farmasi FMIPA Udayana, Bukit Jimbaran Bali, Senin (25/9).
Ia juga menuturkan untuk mengatasi berbagai aspek yang berkaitan dengan UKM produk Spa ini maka tim pelaksana juga berkomunikasi aktif dengan Balai Besar POM di Denpasar terkait dengan produk Spa merupakan produk kosmetik. Untuk itulah kedua UKM ini diikutkan pada seminar bimtek “Peningkatan Kemandirian Pelaku Usaha dalam Penerapan Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik (CPKB) Bertahap” yang dilaksanakan oleh Badan POM pada tanggal 9 Februari 2017. Tim IbPE juga melakukan pelatihan CPKB secara berkelanjutan terkait segala aspek yang ada dalam CPKB.
Harapannya UKM mampu meningkatkan kualitas produk spa yang masuk dalam kategori kosmetik. Selain itu permasalahan dalam aspek bahan baku juga telah diatasi dengan pemberian mesin oven untuk menjaga kualitas simplisia yang digunakan serta dilakukan pula pelatihan pembuatan spesifikasi bahan baku. Pentransferan mesin-mesin juga dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi seperti mesin mixer, mixer powder plat besi serta timbangan.
Aspek sarana dan fasilitaspun dilakukan pembenahan sehingga harapannya sesuai dengan pedoman CPKB yang berlaku antara lain adanya “pass box”, ruang antara untuk menghindari kontaminasi silang, perbaikan ruang ganti karyawan terkait upaya peningkatan higienitas dan sanitasinya, serta pembenahan tata letak barang pada gudang bahan baku dan bahan pengemas.
Melalui program IbPE UKM menjadi aktif mengikuti pameran-pameran dengan tujuan semua kalangan masyarakat mengetahui produk spa dari kedua UKM, tidak hanya pelaku usaha villa, hotel maupun spa saja.
Ketua tim IbPE Produk Spa, Ni Putu Linda Laksmiani, S,Farm., M.Sc., Apt menuturkan bahwa dengan adanya program IbPE ini, kedua UKM mengalami peningkatan kuantitas dan kualitas produk melalui penerapan teknologi tepat guna. Pada kedua UKM juga terjadi peningkatan nilai aset UKM sebesar 5% serta nilai omset meningkat 5 %.