BALI TRIBUNE - Tidak hanya untuk keturunan raja, upacara kremasi utama yang spektakuler juga dipersembahkan sebagai penghormatan terakhir untuk Palingsir Desa Pakraman Calo, Tegallalang, almarhum I Wayan Kantor (90), Senin (23/10). Untuk pertama kalinya, prosesi ini digelar dengan bersarana patung lembu raksasa dan bade pencakar langit bernilai miliaran rupiah.
Pukul 12.00 Wita, menara bade bertumpang lima yang menjulang ke langit serta patung lembu berukuran raksasa, sudah berdiri megah di Desa Pakraman Calo. Sarana ini merupakan persembahan spektakuler untuk mengantarkan jenasah almarhum I Wayan Kantor, yang semasa hidupnya sangat dihormati warga setempat.
Upacara yang menelan biaya miliaran rupiah ini, adalah yang perta kalinya. Karena semasa hidupnya almarhum diposisikan sebagai palingsir adat, yang juga pendiri perusahaan perak yang berdampak pada kesejahteraan keluarga dan warga sekitarnya. “Berkat almarhum, kami mendapatkan tongkatan hidup yang lebih baik. Karena itu, kami ingin mempersembahkan yang terbaik untuk terakhir kalinya,” ungkap Bendesa Pakraman Calo yang juga putra almarhum, I Nyoman Iriawan.
Dengan iringan ribuan warga adat setempat, jenazah almarhum ditempatkan menuju menara bade. Dilanjutkan dengan arakan menuju kuburan yang diawali dengan pergerakan patung lembu hitam. Iring-iringan pun bergerak dengan rapi diekori ribuan warga. Lantaran bobotnya sangat berat, perjalanan pun diusung secara estafet oleh tiga kelompok warga.
Setelah dua jam perjalanan, patung lembu dan menara pun mencapai kuburan yang jaraknya sekitar 1,5 km. Jenazah lantas diturunkan dan ditempatkan pada perut patung lembu untuk prosesi terakhir.
Hingga sore hari rangkaian prosesi berjalan, warga pun enggan beranjak. Pembakaran ditandai dengan penyulutan api dari keluarga besar dan kerabat. Pembakaran bersarana patung lembu dan bade megah ini, diharapkan mengantarkan arwah almarhumah menuju sorga, sekaligus meninggalkan segala ikatan duniawi.