![](/sites/default/files/field/image/52b71bf9-9831-4f1a-bb18-9eaa49adbe80.jpeg)
balitribune.co.id | Gianyar - Produsen alas kaki asal Jerman mengajak sejumlah orang yang memiliki banyak pengikut di media sosial dari Jakarta dan media lokal di Bali melakukan kegiatan berkaitan dengan seni memahat di Ubud, Kabupaten Gianyar, Selasa (3/9). Salah seorang pelaku seni di Bali, Ida Bagus Putra Baruna dalam kegiatan tersebut mengajarkan mengenai cara membuat pola seni khas Bali dengan media kulit sapi dan peralatan memahat.
Ia mengatakan, jiwa seni dapat mengalir dari genetik. Misalkan, seorang ayah yang memiliki kemampuan seni, si anak tentu akan memiliki keahlian serupa. Pihaknya dengan sabar mengajarkan teknik memahat bercirikan khas Bali yakni motif bunga, daun bertepatan produsen alas kaki asal Jerman, Birkenstock memperkenalkan perjalanan warisan sebagai ikon brand alas kaki yang ahli dan berpengalaman, dimana telah terbukti selama 250 tahun.
Dalam rangka perayaan ini, Birkenstock juga menggelar sebuah pameran yang mempersembahkan perjalanannya selama 250 tahun di Pulau Dewata. Pameran ini menampilkan warisan dan evolusi dari merek ikonik yang telah menjadi pelopor dalam industri alas kaki dunia.
Salah seorang seniman muda, Surya mengaku bisa melakukan seni memahat dengan motif Bali sejak usia masih 15 tahun. Hal itu karena darah seni yang dimiliki ayahnya. "Kesulitan saat memahat ada beberapa tipe Patra atau ukiran yang membuat pola bunga tapi di sampingnya itu harus kecil-kecil, kalau salah memahat kan jadi putus. Di sana letak kesulitannya," ungkap Surya.