BALI TRIBUNE - Tutupnya operasional Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai sejak Senin (27/11) pukul 07.15 Wita hingga Rabu (29/11) pukul 15.00 Wita yang dikarenakan dampak abu vulkanik Gunung Agung, membawa kerugian bagi sektor industri pariwisata Bali.
Pasalnya, Bandara Ngurah Rai ini menjadi pintu masuk utama wisatawan mancanegara maupun domestik berlibur ke Pulau Dewata. Dalam sehari arus penumpang baik yang datang maupun meninggalkan Bali rata-rata mencapai 59 ribu orang.
Pelaku industri pariwisata Bali memprediksi dalam sehari tutupnya aktivitas penerbangan di bandara tersebut berdampak kerugian hingga ratusan miliar rupiah. Seperti disampaikan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati kepada awak media dalam keterangan persnya, Selasa (28/11) di Bali Tourism Board (BTB) Denpasar.
Dia mengatakan, rata-rata kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali mencapai 500 ribu kunjungan setiap bulannya. "Per harinya kita hitung kedatangan wisman ke Bali rata-rata 18 ribu orang," ungkap pria yang akrab disapa Cok Ace ini.
Dipaparkannya, jika dihitung berdasarkan standar yang dikeluarkan dari hasil penelitian Bank Indonesia (BI) per orang sekali kedatangan mengeluarkan biaya Rp 13,5 juta. Untuk per orang/sekali kedatangan rata-rata masa tinggalnya dihitung 3-4 hari.
"Jadi jika bandara tutup selama sehari dan tidak ada wisatawan yang masuk ke Bali maka kerugian pariwisata kita tinggal dikalikan saja Rp 13,5 juta dikali 18 ribu. Jadi sebenarnya kita kehilangan Rp 243 miliar selama sehari bandara ditutup," papar mantan Bupati Gianyar ini.
Dijelaskan Cok Ace, dari jumlah Rp 243 miliar tersebut sebesar 65 persen porsinya untuk biaya hotel, makanan dan minuman. "Nilai itu potensi hilangnya pendapatan sektor pariwisata. Jumlah tersebut di luar maskapai," jelasnya.