Diposting : 19 July 2019 13:08
Arief Wibisono - Bali Tribune
balitribune.co.id | Denpasar - Bergeraknya sektor properti yang memiliki turunan sangat banyak diyakini mampu memotong pertumbuhan ekonomi Bali. bahkan sampai ratusan. Mulai dari penggunaan bahan-bahan, tenaga kerja hingga pendukung lainnya. Begitu dijelaskan Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Causa Iman Karana dalam paparan Perkembangan Properti di Bali berdasarkan Hasil Survei KPw BI Provinsi Bali, Rabu (17/7) malam.
Acara yang berlangsung di Omang Omang Restaurant, Hyatt Regency Sanur dirangkai pula dengan perpisahan Causa Iman Karana yang akan menduduki jabatan barunya sebagai KPw BI Tokyo serta Deputi Kepala BI Provinsi Bali Teguh Setiadi yang akan pindah ke BI Riau. Turut hadir dalam paparan tersebut Sekretaris REI Bali Wayan Suananta Wijaya,S.E dan Wakil Ketua Bidang Perumahan & Properti Komersial I Made Sukarmayasa,S.T.
Causa Iman Karana yang akrab disapa Cik mengatakan melihat peran strategis properti tersebut maka sektor ini dianggap sebagai motor penopang ekonomi di Indonesia. Bahkan di Bali yang pesat perkembangan pariwisatanya, sektor properti ini memainkan peran penting dalam perekonomian. Namun diakui belakangan ini pergerakan bisnis properti agak landai.
Berdasarkan Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Sekunder Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali pada Triwulan II 2019 menunjukkan pertumbuhan harga tanah dan rumah di pasar sekunder masih relatif landai dan belum mengalami perubahan yang signifikan.
Pertumbuhan harga rumah sekunder hanya naik rata-rata 0,37% (qtq) atau turun tipis dari 0,53% (qtq) pada triwulan sebelumnya. Berdasarkan tipe rumah, pertumbuhan Tipe Besar relatif lebih tinggi dibandingkan Tipe Menengah. Sebagian objek memperlihatkan kecenderungan positif pergerakan harga.
“Meski masih sangat terbatas dan belum memengaruhi pasar secara keseluruhan, seiring dengan belum banyaknya investor yang masuk ke pasar residensial sekunder,” jelas Cik. Sementara itu, pertumbuhan harga rata-rata tanah tercatat sebesar 1,02% (qtq), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 1,26% (qtq).
Sementara pertumbuhan harga tanah relatif lebih tinggi dibandingkan pergerakan harga rumah. Hal ini disebabkan kenaikan harga pada rumah sekunder relatif tertahan oleh adanya penyusutan.
Peningkatan tertinggi harga properti residensial rumah tipe menengah terjadi di wilayah Denpasar Selatan yakni 0,32% (qtq) pada triwulan II 2019, lebih rendah dibandingkan triwulan I 2019 yang sebesar 0,60% (qtq).
Di sisi lain pihak REI Bali mengakui penyebaran pengembangan properti saat ini tak sesuai market. “Padahal lahan cukup luas tersedia, namun yang diburu konsumen lebih banyak wilayah Badung selatan dan sekitarnya,” jelas Sekretaris REI (Real Estat Indonesia) Bali Suananta,S.E. (u)