Singaraja, Bali Tribune
Seorang warga Dusun Purwa Desa Pengastulan, Seririt, Made Mudita (62) kesal dan menuding bantuan bedah rumah untuk keluarga miskin di desanya sarat KKN. Melampiaskan kekesalannya karena tak dapat bantuan bedah rumah, Mudiata menghancurkan rumahnya sendiri, Minggu (15/5).
Mudita mengaku tidak kuat menahan amarah setelah tiga tahun berturut-turut dijanjikan bantuan bedah rumah. Ia menuding distribusi bedah rumah untuk keluarga miskin di Desa Pengastulan sarat KKN sehingga menyasar keluarga yang dianggap dekat dengan perbekel maupun staf desa. Mudita sendiri merupakan potret KK miskin yang berprofesi sebagai buruh tani.
Menurut cerita istri Mudita, Made Griya (57), ia berulang kali dijanjikan akan mendapat bantuan bedah rumah oleh pemerintah desa setempat, bahkan nyaris setiap tahun janji itu selalu didapatkan.Namun janji tinggal janji, bantuan yang ditunggu-tunggu tidak pernah datang.
Griya mengaku selama tiga tahun belakangan sering kecewa dan gigit jari terlebih saat mendengar bantuan yang diharapkan tidak pernah terwujud. “Sudah berulang kali ada petugas yang datang mengukur dan melihat rumah kami, namun janji tinggal janji. Justru tetangga saya tiga orang yang rumahnya dekat kepala dusun dapat bantuan,” ujar Griya menahan tangis.
Dan terakhir, katanya, oleh kaur desa ia dipastikan tahun ini akan mendapat bantuan bedah rumah. Terlebih petugas yang mendata kelayakan sudah datang melihat dan mengukur kondisi rumahnya. “Saya dan suami plong karena sudah dipastikan akan dapat (bantuan). Suami saya sangat kecewa setelah tahu tidak dapat bantuan, kemudian marah dan menumpahkan kemarahannya dengan menghancurkan rumahnya sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, ia benar-benar merupakan keluarga tidak mampu dan berharap dengan bantuan bedah rumah akan membuat kondisi rumahnya lebih layak huni. “Suami saya habis kesabarannya dan saya juga kini hanya bisa pasrah,” imbuhnya sembari mengatakan keberadaan aliran listrik di rumahnya merupakan bantuan dari tetangganya.
Atas kondisi itu, anggota BPD Desa Pengastulan Putu Redana mengaku tidak habis pikir dengan tata kelola pemerintahan Desa Pengastulan. Kata Redana, pihaknya berulang kali sudah memberikan masukan kepada perbekel Ketut Yasa untuk melakukan skala prioritas dalam memberikan bantuan bedah rumah, namun tidak pernah didengar.
“Saya sendiri kesal dengan kebijakan perbekel yang sering tidak menggunakan skala prioritas dalam mengambil kebijakan biar tidak timbul masalah. Buktinya kan timbul kegaduhan,” ujar Redana kesal.
Sementara itu, Perbekel Desa Pengastulan Ketut Yasa membantah dirinya tebang pilih dalam pemberian bantuan bedah rumah untuk warganya. Menurutnya, untuk bantuan bedah rumah pihak desa mengusulkan 21 KK ke Dinas Sosial Bali. Namun setelah dilakukan verifikasi, Desa Pengastulan hanya mendapat jatah 10 unit. “Awalnya nama Made Mudita masuk dalam daftar penerima bantuan namun yang menentukan kan pemprov bukan saya,” tandasnya.