Diposting : 7 May 2019 23:35
Putu Agus Mahendra - Bali Tribune
balitribune.co.id | Negara - Sejumlah persoalan kini dihadapi petani di Jembrana. Setelah sebelumnya dipastikan banyak petani yang merugi karena gagal panen akibat tanaman padi rebah diterjang hujan dan angin, kini petani padi juga mengalami gagal tanam akibat serangan hama wereng. Para petani gagal menyelamatkan tanaman padi yang baru mereka tanam yang kini meranggas.
Seperti yang dialami petani krama subak di kawasan persawahan Subak Telantang, Kelurahan Pendem, Kecamatan Jembrana. Hektaran tanaman padi diareal persawahan yang terletak dibarat komplek Civic Center Pecangakan Jembrana ini kini telah meranggas akibat diserang hama wereng. Berbagai upaya telah dilakukan para petani padi untuk menyelamatkan tanaman padi mereka yang baru berusia 20 hari namun tidak berhasil. Menurut petani setempat, serangan hama ini kian mengganas dan meluas. Hampir seluruh tanaman padi diareal persubakan yang mencapai luasan 20 hektare kini kondisinya tampak sudah meranggas.
Bahkan sejumlah petakan sawah yang telah tertanami padi tampak jomblang lantaran tanaman padinya mati. Salah seroang petani pengarap disubak Tegal Lantang, Nengah Balik dikonfirmasi, Senin (6/5), mengaku pada musim tanam gadu (cicih) atau musim tanam kedua kalinya ditahun ini, 3 hektare tanaman padi dilahan garapannya diserang wereng. Sesuai kesepakatan disubaknya menanam beberapa varian bibit diantarnya Infari 42, 43, Pertiwi serta Mampan. Ia mengaku serangan hama ini terjadi sejak padi baru berumur kurang dari sapekan. Kini hampir seluruh tanaman padinya merangas bahkan mati. “Semua jenis bibit yang ditanam tidak ada yang luput dari serangan hama. Baru lima hari sudah diserang,” ujarnya.
Sejak tanaman padinya mulai diserang hama, sudah berbagai upaya pencegahan dilakukan. Mulai dari pengeringan lahan, membasmi gulma hingga penyemporotan insektisida yang sudeah sampai ketiga kalinya dilakukan diumur padi baru 20 hari. “ganasnya serangan ham juga membuat tanaman padi yang mestinya sudah besar menjadi tetap kerdil,” jelasnya. Hampir seluruh petani dikawasan persawahan seluas 20 hektare ini mengeluhkan serangan wereng ini. Patani asal Desa Kaliakah, Negara ini mengaku sudah mengeluarkan biayan hingga puluhan juta. Mulai dari pengolahan lahan, biaya bibit, biaya tanam serta pupuk dan obat obatan. “Sudah ada Rp 20 juta. Kalau tetap seperti ini, dipastikan petani merugi,” keluhnya.
Begitupula yang diungkapkan petani lainnya, Wayan Dester. Tanaman padinya seluas 1 hektare juga tak luput diserang wereng. Menurutnya petani krama subak setempat kini masih berupaya menyelamatkan tanaman padi mereka dengan berbagai cara, “ya kalau sudah tidak ada jalan keluar mau diapakan, selama masih ada cara petani masih berusaha menyelamatkan dengan sekuat tenaga,”ungkap warga Banjar Tegalasih, Jembrana ini.
Pihaknya sangat menyayangkan penyuluh tidak pernah turun kelapangan disaat kondisi seperti ini. “Kalau tetap seperti ini langkah terakhirnya adalah melebur tanaman padi yang mati dengan menanami bibit baru,” tandasnya dengan nada kecewa.