BALI TRIBUNE - Status awas diperpanjang, warga lereng Gunung Agung pun harus tetap mengungsi. di tengah kejenuhan dan ketidakpastian ini, para pengungsi di Posko Sutasoma, Minggu (8/10), benar-benar dimanja oleh petugas. Sedikitnya seratus anak pengungsi, diajak pelesiran ke sejumlah objek wisata. Sementara para pengungsi dewasa dimanja dengan pijatan spa di pengungsian.
Pantauan Bali Tribune, sekitar pukul 08.00 Wita, setelah sarapan pagi seluruh anak-anak yang mengungsi di Posko Sutasoma dikumpulkan. Sejumlah armada bus disiapkan untuk mengantarkan mereka ke sejumlah tempat wisata. Kegiatan yang digagas KPPAD Bali bersama relawan ini, merupakan bagian dari program untuk menyikapi perilaku anak-anak pengungsi yang berubah dari periang menjadi pendiam.
”Mereka jenuh berada di posko. Bila kejenuhan itu diabaikan, akan menurunkan kesehatan mental, yang dapat berujung pada stres,“ ungkap Komisiner KPPAD Bali, I Made Ariasa.
Diakuinya, pihaknya sempat berencana mengirim psikolog melakukan pemeriksaan terhada mental anak-anak. Namun dia menilai hal tersebut tidak efektif, dan lebih memilih mengajak pengungsi berwisata ke objek wisata. “Dengan pelesiran ini, ada banyak hal baru yang mereka dapatkan melalui jalan-jalan,” ujarnya.
Ariasa berharap posko-posko lainnya juga mengikuti langkah Posko Sutasoma. Karena mengajak berwisata anak-anak pengungsi ini, adalah salah satu alternatif sebagai ajang pemulihan mental di tengah rasa was- pascastatus awas Gunung Agung. Rencananya, kegiatan ini akan dilakukan secara berkala, ke sejumlah objek wisata di kawasan Gianyar.
“Kami prioritaskan ke tempat wisata yang bermuatan pendidikan. Karena dalam program ini memang dikemas untuk meningkatan wawasan anak-anak. Maka dari itu program ini kami temakan “Melali sambil Melajah,” terangnya.
Peserta anak pegungsi yang ambil bagian mengaku sengat senang dan menikmati kegiatan itu. Karena dapat memberikan hiburan dan sejenak melupakan kejenuhan tinggal jauah dari kampung halaman. “Kami mengikuti sejumlah kegiatan, seperti belajar bersama dan bernyanyi,“ ungkap I Made Yuda, salah seorang anak pengungsi.
Tidak hanya anak-anak, hari yang sama pengungsi dewasa juga mendapat pelayanan pijat gratis. Karena kebetulan saat itu ada sebuah perusahaan spa memberikan pelatihan spa ke pengungsi yang usia produktif. Usai pelatihan belasan pelayan spa yang diturunkan juga memberikan pelayanan pijat gratis kepada para pengungsi. Tak mau ketinggalan, para petugas di posko setempat juga mendapat pelayan yang sama.