Sumber Air BBT Belum Normal, Truk Tanki Air Jadi Rebutan | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 26 October 2022 15:35
ATA - Bali Tribune
Bali Tribune/BEREBUT AIR - Pelayanan belum normal truk 4 tanki air bersih disiapkan ke daerah terdampak.
balitribune.co.id | Gianyar - Sepekan sudah pelayanan air Perumda Air Minum Tirta Sanjiwani Gianyar tersendat. Pelayanan air yang bersumber bangunan penangkap air (intake) milik PT Bali Bangun Tirta (BBT) di Sungai Tampus, Kecamatan Payangan rusak diterjang air bah. Menunggu proses perbaikan, 4 mobil tanki air disiapkan ke daerah terdampak bagi pelayanan air bersih.
 
Dari informasi yang diterima Bali  Tribune, Selasa (25/10/2022), lamanya proses perbaikan atas kerusakan bangunan penangkap air (intake) di Sungai Tampus,  karena beberpa faktor di antarannya hujan yang masih terus mengguyur. Hujan mengakibatkan air deras dan membahayakan petugas. Tirta Sanjiwani tak mau mengorbankan keselamatan pekerja. 
 
Karena itu saat ini Tirta Sanjiwani menyiapkan empat unit mobil tanki air untuk diberikan secara gratis pada masyarakat terdampak, meskipun kondisi yang cukup rawan bagi keselamatan petugas. Kabar baiknya,  sumber air BBT mulai hari selasa ini telah mulai memberikan layanan air. Dalam kondisi normal, BBT biasanya menyuplai sebesar 155 liter per detik, kini hanya menyuplai paling besar 90 liter per detik, sehingga pelayanan air ke antar zona terdampak dibagi atau diatur jamnya.
 
Dirut Perumda Air Minum Tirta Sanjiwani Gianyar Made Sastra Kencana membenarkan hal tersebut. Dia menjelaskan, lamanya normalisasi pelayanan ini karena berbagai hal. Di antaranya, akibat pintu air kisdam hanyut terbawa banjir. Pintu air tersebut sangat vital, karena berfungsi menahan air untuk meninggikan permukaan sungai dan menutup air sungai agar masuk ke intake.
 
Persoalan lainnya adalah kondisi cuaca, dikarenakan kawasa  Sungai Tampus hampir setiap hari diguyur hujan, mengakibatkan air sungai sangat tinggi dan arusnya deras. Karena itu, pekerjapun kesulitan. Pihaknya tak ingin memaksanakan pekerja, karena ditakutkan pekerja hanyut terbawa arus sungai. "Petugas kesulitan turun ke sungai karena risiko pekerja hanyut. Kami tak mau mengorbankan keselamatan pekerja," ujar Sastra.
 
Sastra mengatakan, jika saja dalam satu pekan ke depan tidak turun hujan, maka ia memastikan dalam sepekan ini pelayanan akan normal. "Estimasi kita satu minggu normal pelayanan kita, itu kalau tidak hujan. Kalau pun hujan, supaya tidak menyebabkan air sungai berlumpur," ujarnya.
 
Adapun zona yang paling terdampak adalah Banjar Petulu Gunung, Desa Petulu, Ubud. Hal itu dikarenakan di kawasan tersebut tak terdapat penyuplai air alternatif seperti di kawasan lain. Karena itu, sejak 17 Oktober sore sampai 23 Oktober kemarin, pelanggan di Banjar Petulu Gunung terus dibawakan air tanki. Sastra meminta pada masyarakat agar menginformasikan jika di banjarnya tak mendapatkan air sama sekali, supaya pihaknya bisa menyiapkan truk tanki.