Diposting : 24 November 2018 15:53
Ketut Sugiana - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Menjelang Puncak Karya di Pura Dasar Buana, Gelgel, Klungkung yang jatuh pada Soma Kliwon Pemacekan Agung 31 Desember 2018 dengan digelarnya Karya Agung Mamungkah, Nubung Pedagingan, Ngenteg Linggih, Pedudusan Agung, Tawur Panca Wali Krama, Mahayu Jagat Marisuda Gumi merupakan puncak dari ritual setelah 500 tahun berlalu kembali Pura Dasar Buana dan wawengkon Desa Pakraman Gelgel disucikan kembali.
Merunut upakara yang digelar mendahului setelah pada Kamis (22/11) digelar Upakara Mepepada dimana seluruh wewalungan disucikan sebelum diolah sebagai sarana upakara penting Tawur Agung Mahayu jagat Marisuda gumi yang digelar pada Jumat (Sukra 23/11). Ritual Mahayu Jagat Marisudha gumi ini digelar di Pertigaan Agung Desa Pekraman Gelgel, Klungkung ini dipuput oleh tiga sulinggih yaitu Ide Peranda Gde Putra Tembau dari Gria Aan,Banjarangkan, Klungkung,Ide Perande Gde Wayahan Darmha dari Gria Wanasari, Karangasem, dan Ide Rsi Bujangga Dharmakerti dari Gria Angkling, Gianyar.
Seluruh 23 wewalungan yang disucikan sebelumnya pada Upakara Mepepada diupakarai dan dikorbankan sebagai sarana Nasi Tawur yang disucikan oleh sulinggih dengan mantram sucinya. Dimana nantinya nasi Tawur ini disebar keseluruh pelosok Desa Pekraman Gelgel untuk kembali menyeimbangkan buana alit dan buana Agung ini menjadi suci tentram dan damai.
Menurut Kordinator Upakara Dewa Ketut Soma ritual Upakara Tawur Agung Mahayu Jagat Marisudha Gumi ini merupakan Konsep mensakralisasi 6 (enam) pura diwewengkon Desa Pekraman Gelgel. Namun sebelumnya diawali dengan penyucian palemahan desa, semua wlayah desa Pekraman antara lain Desa Gelgel,Kamasan dan Tojan yang disucikan dulu .
“Makna Mahayugumi artinya membuat bumi ini rahayu,sementara Marisuda Jagat bermakna mensucikan dengan cara Tawur Agung yang dilaksanakan tanggal 23 November 2018, bertepatan dengan Upakara Mahayu Jagat Marisudha Gumi. Jadinya tujuan upacara ini adalah mensucikan palemahan desa dari berbagai bentuk leteh, letih, letuh, dari berbagai mala,” tutur Dewa Ketut Soma.
Lebih jauh menurutnya beberapa kejadian aruwara yang perlu diobati, setelah melaksanakan upacara Mahayugumi Marisuda Jagat, baru kita melaksanakan upacara mensakralisasi 6 (enam) pura, antara lain Pura Puseh, Pura Yasa, Pura Beji, Pura Dasar, Pura Bale Agung, dan Pura Melanting. Jadi untuk mensukseskan upacara Mahayu gumi Marisuda Jagat yang dilaksanakan pada tanggal 23 November 2018, dimulai dari tanggal 22 November dilaksanakan upacara Mepepada yang intinya semua jenis-jenis binatang korban yang berjumlah 23 jenis ini yang digunakan bertepatan dengan Upakara Mahayu Jagat Marisudha Gumi Jumat 23 November 2018 ini. Setelah upacara selesai dilanijutkan upacara mendem penyejeg gumi sebagai proses akhir.
“Penyejek gumi dipendem dengan dasar kwangen-kwangen pemuspaan yang dibawa oleh krama yang tangkil, dilanjutkan dengan keliling ke tanggun-tanggun desa nyambehang nasi tawur de tirta tawur, tirta panca kelud, prasista luwih tujuannya untuk mengobati semua bhuta- bhuta yang sakit agar kembali ke wadahnya dan tidak mengganggu kita dan kembali ke tatanan sistem/wadahnya, agar terjadi keseimbangan alam Buana Alit dan Buana Agung. Sementara Nasi Tawur mempunyai makna membayar dengan merta, karena kita hidup dan dibesarkan dari merta sehingga pelunasan pun dari merta. Krama Desa akan berada di pertigaan jalan, Desa Kamasan di sebelah utara, Desa Tojan dan Desa Gelgel 1 di sebelah Barat Desa Gelgel 2 di sebelah Timur,” terangnya.
Hadir menghaturkan bakti muspa pada Upakara Tawur Agung Mahayu Jagat Marisudha Gumi ini Ide Dalem Semaraputra, Bupati Klungkung Nyoman Suwirta serta Nyonya Ayu Suwirta, Bendesa Pakraman Gelgel Putu Gde Arimbawa. Bendesa Pekraman Gelgel Putu Gde Arimbawa menambahkan bahwa ritual Tawur Agung Mahayu Jagat Marisuda Gumi untuk menyucikan seluruh palemahan Desa Pekraman serta dihadiri sekitar 8000 warga dari seluruh Krama Banjar di wewengkon Desa Pekraman Gelgel antara lain dari Desa Gelgel, Desa Kamasan dan Desa Tojan.