
Bali Tribune, Denpasar - Merebaknya isu telah terjadi pelecehan seksual di Ashram Gandhi Puri Sevagram Klungkung, pada tahun 2015 menjadi tekanan tersendiri bagi penghuni ashram tersebut. Kamis (21/2) sejumlah penghuni ashram mengadu ke senator Gede Pasek Suardika, di Kantor Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI di Denpasar.
Salah seorang pengajar di Ashram Gandhi, I Wayan Wiase didampingi pengacara Nyoman Widara, kepada Pasek Suardika menyampaikan bahwa 27 anak yang ada di ashram itu saat ini tertekan dengan adanya pemberitaan di sosmed, yang menyebut terjadi pedofilia di Ashram Gandhi. Selain itu, pemberitaan itu juga merusak citra ashram.
Menerima pengaduan itu, Gede Pasek Suardika yang akrab disapa GPS mengaku prihatin dengan apa yang berkembang di sosmed. Menurutnya, ashram adalah tempat melatih mental spiritual. "Mereka bukanlah orang yang dituduhkan selama ini, mereka justru ingin masa depan yang lebih baik. Mereka rajin, tekun dan pintar," kata GPS.
GPS juga menyayangkan tudingan oknum tidak bertanggung jawab yang hanya berani mengumbar pernyataan di sosmed. Mestinya, lanjut mantan jurnalis ini, jika terjadi pedofilia di Asrham Gandhi kenapa tidak melapor ke pihak berwajib. Dia menambahkan, tudingan terhadap Ashram Gandhi membuat ashram tersebut ternoda.
Munculnya kembali isu tersebut, menurut GPS patut diduga ada agenda terselubung di baliknya, yang muaranya mendiskreditkan ashram. GPS juga mengingatkan Aris Merdeka Sirait yang katanya datang ke Ashram Gandhi Puri Klungkung mengatasnamakan Komnas Perlindungan Anak (PA).
"Kalau jentel lapor polisi, kalau Anda (Aris Merdeka Sirait,red) punya bukti lapor polisi, Anda akan berhadapan dengan saya karena sudah merusak citra ashram, merusak sistem pendidikan kami," kata GPS serius.
Penasihat hukum Ashram Gandhi Puri Sevagram, Nyoman Widara dalam kesempatan kemarin menyampaikan, pihaknya telah membuat laporan ke Polda Bali terhadap akun-akun yang selama ini bebas berkeliaran mencaci maki tanpa dasar, baik itu akun pribadi ataupun akun abal-abal.
"Ini sebagai bentuk perlawanan kami yang selama ini kami diam, berdoa," kata pengacara yang tidak meminta bayaran sepeser pun dalam mendampingi kliennya ini.(arw)