Diposting : 21 August 2018 11:01
Redaksi - Bali Tribune
BALI TRIBUNE - Gempa berkekuatan 7 SR yang mengguncang Lombok Timur pada Minggu (19/8) malam, sampai saat ini masih menyisakan trauma tidak hanya bagi masyarakat di Lombok, NTB, namun sebagian besar masyarakat di Karangasem. Bagaimana tidak, guncangan gempa yang membuat tanah di areal Pelabuhan Kayangan Lombok Timur itu terbelah tersebut, juga sangat kuat dirasakan masyarakat di Karangasem.
Sebagaian besar masyarakat di Karangasem memilih tidur di luar rumah pada Minggu malam tersebut karena guncangan gempa susulan masih terjadi, dan bahkan pada Senin (20/8), gempa susulan masih terjadi hingga sore.
Hingga kemarin pihak BPBD Karangasem masih melakukan pendataan kerusakan akibat guncangan gempat Lombok, namun dari laporan yang diterima koran ini, tembok penyengker Puri Gede Karangasem yang terbuat dari tatal atau kepalan tanah ambruk. Selain itu, gapura di pintu masuk objek wisata Taman Sukasadha Ujung, Karangasem juga ambruk bagian atasnya.
Guncangan gempa juga membuat pasien di RSUD Karangasem panik. Untuk menghilangkan trauma dan demi kenyamanan serta keamanan pasien, RSUD Karangasem memindahkan seluruh pasien ke dua tenda besar yang didirikan BPBD Karangasem.
Selain di dua tenda tersebut, sebagian pasien juga dirawat di selasar rumah sakit. Saat malam hari, tenda yang didirikan oleh BPBD tersebut memang sangat nyaman bagi pasien. Selain hangat hawa atau udara segar juga bisa dirawakan oleh pasien sehingga pasien merasa nyaman. Namun masalah baru muncul saat siang hari utamanya saat tenda terkena terik matahari. Hawa di dalam ruangan tenda terasa panas serta ruang tenda menjadi pengap.
“Kalau malam di dalam tenda cukup nyaman dan aman. Cuman pada siang hari, di dalam itu pengap dan agak panas,” ungkap I Wayan Sudiarta, salah satu penunggu pasien asal Desa Aantiha, Kecamatan Manggis, kepada koran ini kemarin.
Kendati demikian ada sejumlah pasien yang memilih bertahan di dalam ruangan tenda saat siang hari, namun sebagian lainnya memilih keluar tenda untuk mencari udara segar.
Humas RSUD Karangasem, I Gede Dedy Arto, kepada wartawan menyebutkan, saat ini memang baru terpasang dua tenda BPBD dan untuk mengkaver seluruh pasien yang ada, pihaknya sudah mengusulkan satu tenda lagi dan saat ini tengah didirikan oleh BPBD. “Satu tenda lagi yang didirikan itu untuk evakuasi pasien di UGD jika terjadi gempa lagi,” sebutnya.
Kerugian Rp 1,2 M
Sementara di Bangli, gempa 7 SR di Lombok Timur (NTB), Minggu (19/8) malam mengakibatkan rusaknya beberapa fasilitas umum dan rumah penduduk di Bangli. Kuatnya guncangan, mengakibatkan wantilan Pura Dalem Desa Bunutin, Kintamani dan Bale Daje milki I Nyoman Lemuh warga Dusun Gaga Desa Tamnbali, hancur.
Perbekel Desa Bunutin, I Made Subrata saat dikonfirmasi kemarin mengatakan, wantilan yang roboh dibangun dua tahun lalu dengan menelan anggaran Rp1,2 miliar. Menurut adik dari Bupati I Made Gianyar ini, sejatinya kerusakan struktur wantilan sudah terlihat ketika gempa yang terjadi sebelumnya (Minggu, 5/8) lalu.” Guncangan gempa yang terjadi dua pekan lalu menyebabkan beberapa bagian bangunan retak,” ujarnya.
Subrata mengatakan, guncangan gempa yang terjadi Minggu (19/8) pukul 21.56 Wita memang terasa cukup keras dan menyebabkan bangunan wantilan Pura Dalem Bunutin ambruk. Pascaambruk, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan BPBD Bangli. “Untuk proses evakuasi material bangunan membutuhkan bantuan alat berat,“ ungkapnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangli, I Wayan Karmawan mengatakan gempa di Lombok Timur beberapa kali membawa dampak kejadian yang tersebar di tiga kecamatan di Bangli.