Tiga Generasi dua Sekaa Gong Hibur Warga Gianyar | Bali Tribune
Diposting : 13 April 2016 14:37
habit/adv - Bali Tribune
TIGA GENERASI - Penampilan Sekehe Gong tiga generasi pelakaksanaan Hari Jadi Kota Gianyar ke-245, Senin malam (11/4)

Gianyar, Bali Tribune

Pementasan Gong Kebyar Sekaa Gong Dharma Kesuma asal Banjar Pinda Desa Saba Kecamatan Blahbatuh dan Sekaa Gong Anak-anak Kumara Gurnita asal Banjar Tengah Desa/Kecamatan Blahbatuh, tampilkan garapan apik di panggung terbuka Balai Budaya Gianyar, Senin (11/4) malam.

Diawali dengan pementasan Sekaa Gong Anak-anak Kumara Gurnitha asal Banjar Tengah Blahbatuh, sekaa gong ini membawakan tabuh Telu Batur Sari, tabuh ini merupakan pemekaran ide musikal yang bersumber pada komposisi gending lelambatan klasik pegongan. Tabuh garapan I Ketut Asnawa ini menampilkan ekplorasi artistik dari warna klasik ke warna kekinian, namun tetap mempertahankan substansi pokok uger-ugernya.

Penampilan kedua, Sekaa Gong Kumara Gurnitha mempersembahkan Tabuh Kreasi Cakra Wirang, ini merupakan pementasana pamungkas dan juga tari yang mengisahkan senjata pamungkas Sri Krisna dalam melebur angkara murka.  “Seperti halnya anak-anak generasi penerus yang akan membuat perubahan di kemudian hari, serta mampu memiliki rasa cinta tanah air dan mampu menghilangkan segala pengaruh jahat,” papar Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar I Gusti Ngurah Wijana.  

Sedangkan Sekaa Gong Dharma Kesuma asal Banjar Pinda Desa Sabha Blahbatuh mempersembahkan sekaa yang penabuhnya terdiri dari tiga generasi. Generasi era tahun 1980, era 1990 hingga era 2000. Sekaa Gong Dharma Kesuma merupakan salah satu legenda sekaa gong di Gianyar. Sekaa yang masih dibina langsung bendesa serta jajaran prajuru Desa Pinda, mempersembahkan Gending lelambatan Pepunggelan, Tari Gadung Kasturi, Tari Wiranata, Tari Trunajaya dan tari Goak Macok sebagai persembahan terakhir.

Pementasan ini merupakan bagian dari pelakaksanaan Hari Jadi Kota Gianyar ke-245, dimana tema bunga dan buah menjadi ikon ada HJKG ke -245. “Pementasan ini merupakan cara menggali potensi desa dan mengenalkan ke masyarakat Gianyar, disamping juga bisa dijadikan ajang pelestarian budaya,” terang Ngurah Wijana.