BALI TRIBUNE - Gianyar dengan pesona tradisi dan budayanya, tetap langgeng mempertahankan tradisi leluhur yang menyiratkan sebuah kebersamaan. Seperti halnya tradisi unik dan menarik saat berlangsungnya prosesi “ngamudalan” Ida Bethara manca-manca di Pura Penataran Sasih Pejeng, Minggu (4/3).
Sebelum prosesi nedunang Ida bethara, dilangsungkan ritual nampyog, mabente-bentean, maombak-ombakan serta masiyat sampian. Ritual ini dilakukan pengayah Jero Sutri serta juru sirat yang selama Ida Bethara nyejer sibuk ngayah di pura setempat.
Sebelum dilaksanakan siyat sampian, para jero sutri dan juru sirat mengawali dengan ‘nampyog’ dimana para sutri dan juru sirat menari mengelilingi areal Pura Penataran Sasih. Selanjutnya, diikuti dengan prosesi mabente-bentean (saling tarik).
Saat prosesi ini berlangsung, para pengayah (Jero Sutri dan Juru Sirat) saling berpegangan tangan, lalu saling tarik satu sama lain. Kemudian dilanjutkan dengan gerakan maju mundur sedemikian rupa, sehingga menyerupai gerakan ombak dengan iringan tetabuhan gamelan baleganjur.
Prosesi ini tentu saja menarik perhatian seluruh pemedek yang memadati areal Pura Penataran Sasih. Tampak pula puluhan turis asyik mengabadikan prosesi unik ini menggunakan kameranya maupun handy cam-nya.
Seluruh prosesi ini dilaksanakan dengan mengelilingi areal Pura Penataran Sasih sebanyak tiga kali mengikuti arah mapurwa daksina. Setelah prosesi itu, para sutri dan juru sirat istirahat sejenak. Selanjutnya, para juru sirat dan sutri berteriak histeris dan langsung sembahyang di hadapan pengarumanpura serta pelinggih Ratu Sanghyang.
Setelah usai sembahyang dan diperciki tirta, seluruh peserta tampak seperti orang kerasukan. Mereka pun langsung mengambil sampyan yang sebelumnya telah disediakan di halaman pura. Sampian tersebut sebelumnya diambil oleh prajuru dari ratusan dangsil dan banten yang ada di areal pura.
Lanjut itu, para sutri tampak saling serang menggunakan sampian dengan sejumlah sutri lainnya. Begitu pula ketika hal serupa dilakuan para juru sirat. Herannya, tak satupun dari mereka yang merasakan kesakitan setelah melaksanakan tradisi itu. Sejumlah juru sirat mengaku puas bisa ngayah masiyat sampyan.
Sementara Bendesa Agung Jero Kuta Pejeng, Cok Gde Putra Pemayun menegaskan, tradisi Siyat Sampian ini memang mutlak harus selalu dilaksanakan setiap piodalan di Pura Penataran Sasih setiap tahunnya. Tepatnya, sesaat sebelum prosesi Ida Bethara Manca-manca (dari luar desa pakraman Jero Kuta Pejeng) budal.