BALI TRIBUNE - ACARA Kemah Budaya bagi para siswa di Kabupaten Tabanan kembali digelar. Minggu malam (30/7) kegiatan tersebut dibuka. Sebanyak 50 orang siswa SMA/SMK dari beberapa sekolah di Kabupaten Tabanan mengikuti ajang olah kreativitas ini selama hampir sepekan di areal Pura Luhur Srijong, Kecamatan Selemadeg.
Kemah Budaya untuk ketujuh kalinya ini dibuka secara resmi oleh Asisten II Setda Kabupaten Tabanan I Wayan Miarsana yang hadir mewakili Bupati Tabanan. Acara malam itu disaksikan oleh sejumlah pimpinan OPD atau organisasi perangkat daerah, seperti Kepala Badan Perencanaan dan Penelitian Pembangunan Kabupaten Tabanan Ida Bagus Wiratmaja, Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Tabanan I GN Supanji, Kepala Dinas Perhubungan Kabupaten Tabanan I Made Agus Harta Wighuna, Kepala Bagian Humas dan Protokol Setda Kabupaten Tabanan I Putu Dian Setiawan, sejumlah camat serta perbekel se Kecamatan Selamadeg Raya.
Asisten I Wayan Miarsana dalam sambutan singkatnya menyampaikan apresiasi yang tinggi terhadap pelaksanaan Kemah Budaya. Terlebih, pelaksanaan Kemah Budaya sudah berlangsung secara konsisten hingga memasuki tahun ke tujuh. “Adik-adik yang terpilih mengikuti program ini agar mengambil manfaat positif dari kegiatan ini. Anda akan dididik menjadi pribadi yang disiplin, kreatif, dan inovatif. Manfaatkan kesempatan selama lima hari ini untuk menggembleng diri,” jelasnya.
Penggagas kegiatan yang juga Ketua DPRD Kabupaten Tabanan I Ketut Suryadi mengungkapkan, Kemah Budaya tahun ini mengangkat tema Satu Bumi + Satu Jiwa. Seperti pelaksanaan di tahun-tahun sebelumnya, Kemah Budaya berlangsung selama lima hari. Jadi, seluruh pesertanya akan mengikuti berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mengasah kreativitas. “Jaga disiplin. Ikuti petunjuk yang diberikan mentor, alumni Kemah Budaya, serta pembina dari Anak Angin,” kata Suryadi.
Dikatakan, angkatan-angkatan Kemah Budaya yang lahir setiap tahunnya memiliki kreativitas yang beragam dan menonjol pada beberapa bidang. Dia yakin hal serupa juga akan terjadi pada tahun ini. “Entah menonjol di sastra, musik, tari, atau seni rupa. Tapi kita berusaha untuk mengkolaborasikannya. Sehingga nanti begitu selesai, kalian (peserta) mampu memberikan suguhan karya yang orisinil. Hasil olah kreativitas sendiri,” ungkapnya.
Dia juga menegaskan kembali bahwa dengan mengikuti Kemah Budaya, para siswa bukan sedang dicetak sebagai seniman. Kegiatan Kemah Budaya ini lebih menekankan pemberian bekal hidup untuk di kehidupan sehari-hari mereka. “Apapun itu nanti jadinya. Apapun nanti profesi kalian, yang terpenting kalian punya bekal hidup. Kalaupun jadi seniman, itu bonus,” tegasnya.
Demikian halnya dengan pelaksaan Kemah Budaya pada tahun-tahun sebelumnya, kegiatan kali ini juga mendatangkan sejumlah mentor. Salah satunya yang tidak pernah absen adalah Sawung Jabo dengan Sirkus Barok. Kemudian, Ayu Weda, perupa Sujana Kenyem, dan seniman teater Putu Satria.
Dalam pesan pembukanya pada malam itu, Sawung Jabo menyapa para peserta dengan pertanyaan mengenai kesiapan diri untuk ikut kemah selama lima hari. Dia berharap, para peserta mengembangkan segala potensi diri yang terpendam. “Siap bekerja keras selama lima hari? Selama lima hari kita akan mengolah kreativitas dan potensi diri. Kalian belajar, saya pun belajar. Kita sama sama berusaha mengubah keterbatasan diri menjadi sesuatu yang berguna. Mengolah ketidakmungkinan menjadi kemungkinan,” pungkasnya.