balitribune.co.id | Denpasar - Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (Asita) Bali di era pasca-pandemi Covid-19 ini membahas terkait Bali sebagai destinasi wisata berkelanjutan untuk bisa mengemas paket-paket tur yang mengarah ke alam, dan memberikan pengalaman menarik bagi wisatawan. "Jadi tidak yang pariwisata massal, sesuai harapan pemerintah bisa menjual Bali lebih mahal. Sekarang desa wisata menjadi salah satu ikon Bali. Ini salah satu produk wisata yang mengusung konsep pariwisata berkelanjutan yang kita kemas, sehingga memberikan sesuatu yang berbeda," beber Ketua Asita Bali, Putu Winastra saat Rapat Kerja Daerah Asita Bali 2023 di Sanur, Denpasar, Rabu (25/1).
Kata dia, pada tahun 2022 terdapat 2 desa wisata di Bali yang mendapatkan Award tingkat nasional dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia yakni Desa Wisata Sudaji dan Undisan. Winastra menyebutkan, saat ini yang terdaftar menjadi anggota Asita Bali sebanyak 420 biro perjalanan wisata (BPW), namun yang aktif sebanyak 220 BPW. Sedangkan yang usahanya sudah beroperasional sekitar 170-an BPW.
Dikatakan Winastra, bisnis anggota Asita Bali sudah berjalan yang sempat terhenti operasional karena imbas pandemi Covid-19 pada tahun 2020 lalu. Sekarang ini, pergerakan bisnis BPW di Bali sudah mencapai 70 persen dari sebelum pandemi. "Tapi belum 100 persen, sekitar 70 persen karena beberapa negara seperti Cina baru buka (memulai kunjungannya ke Bali)," katanya.
Diungkapkannya, setelah pandemi seperti kondisi sekarang ini, wisatawan mancanegara yang datang ke Bali merupakan wisatawan ekonomi menengah keatas dengan lama tinggal rata-rata 10 hari untuk turis dari Eropa dan 5 hari turis Asia. Pasalnya, harga tiket pesawat dari luar negeri ke Bali masih sangat mahal, tentunya hanya ekonomi menengah keatas yang mampu membeli tiket pesawat dengan harga cukup mahal tersebut. "Memang pariwisata Bali harus dijual mahal," cetusnya.
Tren berwisata saat ini mulai menyasar desa wisata. Ia menuturkan, dimana sebelum pandemi, turis dari Australia datang ke Bali cenderung memilih berwisata di Kuta dan Seminyak. "Sekarang menyasar desa wisata. Kami dari pelaku usaha biro perjalanan wisata harus melakukan promosi ke Tiongkok untuk mendatangkan wisatawan Tiongkok," ujar Winastra.
Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun mengatakan, Asita adalah organisasi pariwisata tertua di Indonesia yang merupakan garda terdepan mempromosikan Bali. "Di awal memang bisa dikatakan Bali itu pariwisata massal, tapi sekarang akan ke pariwisata berkualitas. Asita ditugaskan membuat paket yang masuk ke sentra-sentra ekonomi yang ada di seluruh Bali. Paket ini tidak hanya terkonsentrasi di wilayah selatan tapi sudah masuk ke seluruh Bali. Kita berharap pariwisata menyebar ke seluruh Bali," jelasnya.
Menurut Tjok Pemayun, terkait promosi, bagi Asita adalah kebutuhan karena tahu pangsa pasar yang harus dijajaki. "Asita juga mempromosikan daya tarik wisata di Bali, diharapkan kesadaran Asita untuk menjaga Bali kedepan seperti apa. Target 4,5 juta wisatawan mancanegara ke Bali tahun 2023, saya optimis dengan target itu.
Dengan tiket pesawat yang masih mahal ada kunjungan turis asing 2,3 juta di tahun 2022 yang didominasi Australia disusul India, artinya trennya sangat signifikan wisatawan tertarik ke Bali," imbuhnya.