Denpasar, Bali Tribune
Perdagangan aneka barang kerajinan bernilai seni hasil sentuhan tangan-tangan terampil perajin Bali semakin lancar memasuki pasar China, dengan dibukanya Konsulat Jenderal RRT di Denpasar sehingga perolehan devisa nonmigas daerah ini naik 135,52 persen semester I-2016.
"Aneka barang kerajinan buatan Bali yang dikapalkan ke China berupa pakaian, kain tradisional, aneka anyaman termasuk perhiasan yang dibuat dengan rancang bangun (desain) yang unik sehingga diminati konsumen negeri tirai bambu itu," kata Ketut Wijaya, seorang pengusaha sekaligus eksportir di Denpasar, Jumat (12/8).
Ia yang sering melakukan promosi dengan mengikuti pameran ke mancanegara termasuk ke China dan Taiwan, banyak hal yang perlu dipelajari sehingga barang buatan Bali tetap mampu bersaing memasuki pasaran China.
"Konsumen di sana cukup potensial, namun mereka (konsumen-red) meminta barang berkualitas baik dengan harga yang serendah-rendahnya sesuai kondisi barang di negeri itu, maklum pembeli berbeda persepsi dengan pengusaha yang menginginkan untuk bisa meraih untuk besar," ujar Ketut Wijaya.
Pria pengtusaha muda itu menyambut baik dunia pariwisata yang semakin gencar dilakukan pemerintah ke China akan berdampak baik terhadap perdagangan aneka barang sovenir yang biasa diperlukan para wisatawan untuk oleh-oleh.
Pemerintah Indonesia dalam tahun 2016 menargetkan sekitar 1,7 juta wisatawan asal China daratan atau menempati peringkat pertama dan dari kunjungan wisatawan tersebut, lebih dari separuhnya akan mengunjungi Pulau Dewata.
Banyak turis China ke Bali tentu dari mereka itu dengan tujuan utama berkreasi dapat dipastikan sebagian kecil adalah pengusaha sehingga bisa membeli aneka barang kerajinan maupun hasil pertanian dan perkebunan daerah ini.
Badan Pusat Statistik Bali mencatat bahwa realisasi perdagangan ekspor nonmigas Bali selama Januari-Juni 2016 bernilai 12,4 juta dolar AS, nilainya naik 135,52 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya hanya 5,2 juta dolar AS.
Persentase kenaikannya merupakan yang tertinggi jika dibandingkan sepuluh negara pembeli terbesar seperti Amerika Serikat dan Australia masing-masing bertambah 9.98 persen dan 9,86 persen. Sedangkan Jerman naik 15,78 persen dan sisanya justru melorot.
Bali mengapalkan dagangan ke China antara lain berupa ikan dan udang, aneka jenis anyaman, perabotan rumah tangga berbahan baku kayu, pakaian jadi serta benda-benda dari batu, gip dan semen.
Sesuai catatan BPS Bali hampir 14 persen udang dan ikan yang diekspor dar Pulau Dewata memasuki pasar China , dengan rata-rata bernilai delapan juta dolar AS per bulan di awal 2016 dan yang terbanyak dikirim ke Amerika Serikat.