balitribune.co.id | Denpasar - Pemkot Denpasar lewat gelaran Denfest ke-13 Tahun 2020 memberikan ruang seluas-luasnya bagi seniman untuk mengekspresikan kesenian. Tak hanya kesenian modern dan kontemporer, kesenian klasik nan sakral pun turut mendapat ruang ekspresi. Kali ini, melalui Mata Acara Denpasar Maprawerti turut menampilkan Kesenian Gandrung Sakral Eka Budaya, Banjar Ketapian Kelod secara virtual.
Dalam penampilanya, turut dibawakan dua buah tabuh kreasi yang merdu. Suasana indah dan khas tersaji dari penampilan Sekaa Gandrung Eka Budaya Banjar Ketapian Kelod.
Koordinator Sekaa Gandung Eka Budaya, Br. Ketapian Kelod, I Made Sudiana menjelaskan bahwa kesenian Gandrung merupakan kesenian klasik, tua sekaligus sakral di Banjar Ketapian Kelod. Keberadaan kesenian ini diperkirakan telah aktif dipentaskan sejak tahun 1928.
"Sudah ada di Banjar Ketapian Krlod sejak tahun 1928, dibuktikan dengan gambelan dan video yang diabadikan wisatawan asing pada saat itu," katanya.
Dimana, kesenian ini bermula dari kejadian kabrebehan atau bencana yang terjadi di wilayah Banjar Ketapian Kelod. Sehingga diperoleh petunjuk oleh pemangku setempat untuk mengaktifkan kembali kesenian Gandrung.
“Setelah dipentaskan lagi kesenian gandrung sakral maka seketika kebrebehan menghilang,” jelasnya
Pihaknya juga mengapresiasi keberadaan Gedung Dharma Negara Alaya ini tentu sangat baik sebagai wahana ekspresi bagi seniman Kota Denpasar.
“Semoga dengan pementasan gandrung sakral ini dapat menetralisir wabah yang terjadi saat ini,” pungkasnya.