balitribune.co.id | Amlapura - Perayaan Galungan di Kabupaten Karangasem Rabu (10/11) berlangsung dengan khusyuk dan khidmat, dimana masayarakat atau Umat Hindu di Gumi Lahar Karangasem pada pagi hari melaksanakan persembahyangan di masing-masing pura. Ada sejumlah tradisi dan ritual unik yang dilaksanakan oleh masyarakat di sejumlah desa di Karangasem dalam merayakan Galungan. Salah satunya masyarakat di Desa Tenganan Pegringsingan, Kecamatan Manggis, Karangasem.
Klian Adat Keenam, Desa Tenganan Pegringsingan, I Putu Yudiana, kepada Bali Tribune menjelaskan, seperti Umat Hindu pada umumnya, warga di Desa Tenganan Pegringsingan juga merayakan Galungan, hanya saja caranya yang berbeda, karena warga di desa tua ini memiliki kalender tersendiri, dimana dalam kalender adat tersebut, warga di desa tua ini memiliki satu hari besar yakni Usaba Sambah yang dikenal dengan tradisi Mekare-kare atau perang Pandan. “Pada prinsipnya sama, kami juga merayakan Galungan, tapi perayaannya berbeda dengan masyarakat pada umumnya,” sebutnya.
Dikatakan Putu Yudiana, perbedaannya mulai dari sarana persembahan. Pada saat Penampahan Galungan, pihak adat menghaturkan berbagai olahan utamanya olahan lawar yang terdiri dari 12 jenis olahan lawar. Sedangkan pada saat hari perayaan Galungan, perayaan dilaksanakan di masing-masing pura dengan menugaskan beberapa orang warga untuk melakukan persembahyangan. Beberapa hal lainnya yang membedakan yakni warga di Tenganan Pegringsingan pada perayaan Galungan tidak memasang penjor.
“Terus untuk di Bale Banjar ini kami mempersembahkan Banten Uduan, ke Pura Puseh dan Pura Ulun Suarga, dimana di Pura Puseh banten uduan menggunakan Ayam Putih Tulus, di Pura Ulun Suarga menggunakan sarana Ayam Biing Kuning dan Berumbun Kurat,” ulasnya.
Lihat foto: Warga yang ditunjuk adat menyiapkan Banten uduan untuk dihaturkan di tiga pura besar
Saat perayaan Galungan, sejak pagi sejumlah gadis desa dengan mengenakan pakaian adat khusus khas desa tua ini, sudah berkumpul dengan membawa tampan berisi berbagai jenis sesaji, yang akan dihaturkan ke Pura Anyar yang berlokasi di lereng bukit.
Sejumlah ibu-ibu juga terlihat menghaturkan sesaji dan pasepan dari sabut kelapa didepan gerbang atau angkul-angkul rumah mereka, sementara sejumlah warga laki-laki yang ditunjuk oleh adat terlihat sibuk menyiapkan Banten Uduan yang nantinya akan dikhaturkan ke tiga pura utama di desa tua tersebut.
Banten Uduan tersebut terdiri dari lima jenis buah-buahan Bali seperti jeruk Bali atau Jeruti, Pisang, Jeruk, dan beberapa jenis buah lainnya. Selain itu dalam Banten Uduan tersebut juga ada beberapa jenis jajan yang terbuat dari beras dan ketan dalam ukuran besar yang dibentuk persegi empat. Dan yang paling menarik adalah tumpengan besar setinggi setengah meter.
Sarana Banten Uduan tersebut kemudian dirangkai oleh tiga orang wanita diatas sebuah dulang raksasa dengan urutan dan posisi tertentu. Setelah siap, tiga dulang yang berisi Banten Uduan itu kemudian dihaturkan oleh lima orang warga yang ditunjuk adat ke tiga pura yakni Pura Puseh yang dilaksanakan oleh Tampin Tapen satu dan ke Pura Ulun Suarga oleh Tampin Tapen dua dan begitu seterusnya. Seluruh prosesi penghaturan sesaji dalam perayaan Galungan di desa ini ditutup dengan tradisi megibung yang diselenggarakan di Bale Banjar desa adat setempat.
Sementara itu, pada Manis Galungan, Kamis (11/11) dari pantauan Bali Tribune ini, sejumlah obyek wisata di Karangasem, seperti di Pantai Taman Ujung, Pantai Jasri, Bukit Asah dan Obyek Wisata Taman Tirtagangga ramai dikunjungi pelancong.