baltribune.co.id | Negara - Kasus gigitan anjing positif rabies di Kabupaten Jembrana terus melonjak. Dibandingkan tahun lalu, terjadi peningkatan drastis. Dengan begitu, selain sudah zona merah, Jembrana juga mencatatkan kasus rabies tertinggi di Bali.
Saat Rapat Kerja Gabungan Komisi II dan Komisi III DPRD Kabupaten Jembrana dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, Selasa (17/5) terungkap tahun 2022 terjadi lonjakan kasus yang signifikan.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Jembrana, Wayan Sutama menyebutkan perkembangan kasus gigitan anjing di Jembrana selama tiga tahun terakhir.
Ia menyebut tahun 2019 ada 3.256 kasus gigitan dengan kasus positif rabies sebanyak 244, tahun 2020 sebanyak 2.289 gigitan dengan 5 kasus positif rabies dan tahun 2021 ada 2.410 gigitan dengan 65 kasus positif rabies. Sedangkan tahun 2022 sampai bulan Mei ini sudah 1.410 gigitan dengan kasus positif sudah sebanyak 100 kasus.
Kasus gigitan anjing positif rabies tahun 2021 ditemukan di 25 desa/kelurahan tersebar di empat kecamatan yakni Melaya, Negara, Jembrana dan Mendoyo.
Diakuinya bahwa tahun 2022 Jembrana merupaknan zona merah. Ia menyebut dari 51 desa dan kelurahan, saat ini sudah ada 29 desa/kelurahan yang terkategori zona merah kasus rabies.
“Di Jembrana dari 5 kecamatan sudah tidak ada zona hijaunya. Dari 29 Desa zona merah ini memang Jembrana ini rangking 1 kasus rabies,” ujarnya.
Ia pun mengaku heran dengan tingginya kasus di Jembrana ini.
“Anehnya setiap kita kirim sampel hasilnya selalu positif,” ungkapnya.
Di samping vaksinasi, menurutnya penanganan lebih lanjut yang telah dilakukan adalah eliminasi, walaupun diakuinya juga ditemukan kendala,
“Itu pun kita juga susah kalau melakukan eliminasi. Walaupun itu liar yang ada pemiliknya kami tetap berkoordinasi dengan aparat desa. Kita akan lakukan eliminasi yang penting seijin dari pemiliknya. Kalau memang ada gigitan anjing kita monitor di observasi terus ngambil sampelnya,” ungkapnya.
Pihaknya mengakui rabies ini menimbulkan kekhawatiran.
“Masalah rabies ini sedang menjadi permasalahan yang mengancam kedepannya,” ujarnya.
Ia juga mengatakan penggunaan vaksin rabies juga meningkat,
“Tahun 2020 hanya 6% vaksin rabies yang terpakai, tahun 2021 menjadi 30 % yang terpakai, 2022 terpakai 70%,” sebutnya.
Pihaknya juga mengakui masih sangat banyak anjing yang belum tervaksin, “Ini kemungkinan akan berdampak terhadap hasil positif tadi. Kami pun ngeri melihat status di grup, siap pengiriman sampel hasilnya positif,” tandasnya.