balitribune.co.id | Semarapura - Kabar duka itu akhirnya datang, Sabtu (18/2). Nyoman Ranten (50) mendapat kabar dari KBRI Indonesia di Turki bahwa istrinya Ni Wayan Supini (44) yang bekerja sebagai terapis menjadi salah satu korban gempa dahsyat, Senin (6/2) lalu.
Ditemui di kediamannya Dusun Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan, Klungkung, I Nyoman Ranten menuturkan, Ni Wayan Supini yang dinikahinya tahun 2002, belum genap setahun mengadu nasib sebagai terapis di Turki. Wanita yang sudah dikaruniai 3 orang anak tersebut baru diberangkatkan pada bulan Juli 2022 lalu.
Selama bekerja di Turki, Ranten bersama anak-anaknya hampir setiap hari berkomunikasi dengan istrinya melalui video call. Bahkan, sehari sebelum terjadinya gampa bumi tersebut, yakni pada tanggal 5 Februari 2023 lalu, Ranten juga sempat berkomunikasi (video call) dengan istrinya.
Saat berbincang, mereka saling bertukar kabar. Namun, komunikasi keduanya hanya sebentar, sebab handphone diambil alih oleh anak-anak mereka yang juga merindukan ibunya.
"Saya sempat komunikasi, tapi tidak lama, karena anak-anak juga minta bicara dengan ibunya. Biasa mereka kangen ibunya," kenang Ranten.
Kebahagian keluarga kecil itu pun tiba-tiba runtuh, ketika keesokan harinya yakni pada tanggal 6 Februari 2023, Ranten mendapat informasi dari keluarganya bahwa terjadi peristiwa gempa bumi dasyat di Turki. Mengetahui hal itu, Ranten langsung berupaya menghubungi istrinya. Namun sayang, upaya komunikasinya lewat telepon WA dan massager tak berbalas. Hari-hari selanjutnya, Ranten juga terus berupaya melakukan komunikasi, tetapi berakhir sia-sia.
Hingga akhirnya pada Jumat, 17 Februari 2023 Ranten mendapat informasi dari petugas Kepolisian dan diminta untuk melakukan cek DNA di rumah sakit. Setelah itu, Sabtu, 18 Februari 2023 ia mendapat kabar dari KBRI Indonesia di Turki bahwa istrinya, Ni Wayan Supini menjadi salah satu korban meninggal dalam musibah gempa bumi yang melanda Turki. Informasinya, jenazah Ni Wayan Supini bersama jenazah seorang WNI lainnya ditemukan di bawah reruntuhan Apartemen Galeria Residence yang berada di Kota Diyarbakir, Jumat 17 Februari 2023.
Lebih lanjut, Ranten mengatakan saat ini pemulangan jenazah istrinya sudah diproses. Sesuai rencana, jenazah Ni Wayan Supini akan dipulangkan ke Tanah Air pada Rabu, 22 Februari 2023.
"Semoga proses pemulangan jenazah istri saya berjalan lancar," harapnya.
Sementara, Kepala Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Klungkung, I Wayan Sumarta ketika dikonfirmasi membenarkan bahwa ada satu Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Dusun Tegal Besar, Desa Negari, Kecamatan Banjarangkan atas nama Ni Wayan Supini menjadi korban meninggal dalam peristiwa gempa bumi di Turki. Hanya saja, meski bekerja di luar negeri, korban rupanya tidak tercatat di sistem milik Dinas Ketenagakerjaan Klungkung. Menurut Sumarta, hal ini dikarenakan korban berangkat secara mandiri, demikian juga dengan visanya, diduga menggunakan visa holiday.
"Sebelum kerja (ke Turki) ia (korban) sempat dapat pelatihan mandiri di Karangasem sebagai terapis. Berangkat juga mandiri memakai visa holiday. Baru berangkat Juli 2022, makanya dia tidak tercatat di sistem kita di Disnaker Klungkung. Kan dia berangkat mandiri, dan pakai visa holiday," jelas Sumarta.
Meski demikian, Sumarta memastikan pihaknya sudah datang ke rumah duka dan sempat berkoordinasi dengan suami dan juga ipar korban. Sesuai rencana, jenazah Ni Wayan Supini akan diberangkatkan ke Bali pada tanggal 22 Februari 2023.
"Kami sudah komunikasi ke rumah duka, kami ketemu suami dan iparnya, tapi karena masih ada karya (upacara agama) kemungkinan jenazah akan dititip di RSUD Klungkung," imbuhnya.