Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Anak Sekolahan “Memainkan” Putu Wijaya (Catatan Festival Monolog di SMA Bali Mandara)

MONOLOG
MONOLOG - Sejumlah pementasan teater serangkaian Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya di SMA Bali Mandara, Kubutambahan, Buleleng, Jumat 25 Mei 2017.

Oleh : A.A.Ngurah Anggara Surya                

Apakah anak-anak sekolahan zaman sekarang mengenal dramawan dan sastrawan Putu Wijaya? Apakah mereka mengenal teror mental? Pahamkah mereka dengan dinamika masyarakat Indonesia, dari tahun ke tahun, yang kerap lucu, konyol, dan bersikap tak masuk di akal sebagaimana dilukiskan dalam karya-karya Putu Wijaya?

Pertanyaan itu muncul setelah tiga anak sekolahan memainkan naskah monolog Putu Wijaya dalam rangkaian Festival Monolog Bali 100 Putu Wijaya di SMA Bali Mandara, Kubutambahan, Buleleng, Jumat 25 Mei 2017. Adapun pementasan tersebut adalah naskah “Pahlawan” dengan aktor Sugi Aryawan yang disutradarai IGB Weda Sanjaya. Monolog “Cinta” dengan aktor Luh Ayu Liana Sari dengan sutradara Komang Mudita. Naskah “Mimpi”, aktor Wahyudi Prasancika, disutradarai Rio Andre.

Tiga pementasan tersebut menunjukkan tiga aktor siswa SMA dan SMK Bali Mandara punya upaya keras untuk mengenal Putu Wijaya dengan segala pemikirannya. Misalnya, bagaimana mengelola cerita dalam pementasan agar penonton bisa terteror (setidaknya dalam pengertian kaget atau terkejut). Seperti adanya adegan lempar berbagai benda dan aksi siram dengan air benaran. Itu ditunjukkan setidaknya oleh dua aktor, Sugi Aryawan dan Wahyudi Prasancika.

Di situ tampak peran sutradara (yang kebetulan guru-guru mereka) begitu serius, bukan hanya melatih aktor bergerak atau menularkan cara layak untuk bermain, melainkan juga mengajari bagaimana menghirup jiwa naskah ke dalam napas si aktor.

Upaya keras lain ditunjukkan pada pemilihan dan pengelolaan panggung. Setiap pementasan menggunakan panggung berbeda. Pementasan pertama dilangsungkan di sebuah halaman sekolah. Panggung dibuat dengan menyesuaikan ruang yang ada. Memanfaatkan tiang listrik dan pohon ketapang sebagai penyangga lampu, sebuah kain hitam menutupi bagian lorong. Pementasan dimulai dengan alunan musik lamat-lamat.

Pada pementasan ini, peran sutradara sangat terlihat. Mulai dari konsep sampai pemilihan tempat. Naskah Pahlawan bercerita tentang perdebatan manakah yang lebih pantas disebut pahlawan. Laki-laki atau perempuan yang pada akhirnya dijadikan kuis behadiah puluhan juta?

Meski tampak belum matang dari segi pengolahan raga dan rasa, setidaknya terlihat bahwa aktor Sugi Aryawan tampak disiplin mendengarkan instruksi sutradara. Di sisi lain, sutradara Weda Sanjaya tampak mengatasinya dengan konsep pementasan yang dinamis sehingga aktor tidak terlihat mati gaya ketika berbicara. Dalam sejumlah adegan, Sugi memperlihatkan potensi untuk menjadi aktor bagus di kemudian hari. Perlu sedikit pematangan diri dengan cara melakukan pentas lebih banyak.

Beralih ke pementasan kedua. Tempat pementasan ini juga tak kalah menarik. Pementasan berlangsung pada tangga tinggi menuju aula Bali Mandara. Penonton harus mendongak jika ingin menyaksikan pementasan ini. Ajaibnya semua penonton mendongak tanpa banyak protes sampai akhir pementasan. Hal ini bisa jadi karena Luh Ayu Liana Sari cukup lihai memainkan kata-kata dalam naskah untuk menyihir penonton. Dialog mengalir dengan santai tanpa ada ledakan emosi. Cinta yang tenang tersirat secara alami. Apa yang patut dibenahi adalah penyadaran aktor tentang kondisi seseorang yang jatuh cinta. Meski beberapa dialog sudah pas, beberapa dialog terasa terlepas dari kondisi psikologi seseorang yang jatuh cinta. Selain itu, sedikit sentuhan musik romantis barangkali cukup untuk meningkatkan kekuatan adegan yang masih terasa lemah.

Pementasan ketiga dengan naskah “Mimpi”. Kematangan aktor terasa lebih di pementasan ini. Di sebelah kandang kambing, pementasan ini berlangsung cukup lancar. Syukurnya para kambing tidak banyak bicara sehingga tidak mengganggu pementasan. Bisa dikatakan bahwa dari segi keaktoran Wahyudi lebih mantap dari aktor sebelumnya. Hal ini bukan tanpa alasan. Mulai dari dinamika, jeda sampai pada stamina, Wahyudi bisa menyeimbangkannya.

Sehingga dialog tidak terkesan oratoris dan tempo permainan terjaga dengan baik. Tidak lupa peran sutradara dalam beberapa adegan yang cukup menarik. Mulai dari teriakan histeris sampai lempar panci, sepatu dan penggorengan. Paduan antara kematangan aktor dan kemenarikan konsep.

Pelajaran Tambahan

Tiga pementasan itu ditutup dengan pementasan “cukup heboh” dari penggagas festival monolog ini, Putu Satria Kusuma. Pementasan ini bisa dijadikan studi banding atau sebagai bahan pelajaran bagi anak-anak SMAN/K Bali Mandara. Dari Putu Satria bisa dipelajari tentang olah vocal, spontanitas hingga improvisasi.

Selain improvisasi, teknik dialog juga bisa dijadikan pelajaran tambahan. Dialog yang dilontarkan Putu Satria tidak lagi seperti berakting, tapi benar-benar alami sehingga apa yang terdengar di telinga bukan lagi dialog yang terasa bersandiwara. Pementasan ini juga mengajarkan bagaimana mengolah naskah dengan cukup cerdik dengan menambahi berbagai hal kontekstual tampa jauh melempas dari naskah asli. Sesekali beristirahat sejenak saat pementasan rasanya sah-sah saja. Apalagi jika hal tersebut justru menunjang keindahan dan rasa komedi dari pementasan.

Akhirnya, selamat untuk SMA dan SMK Bali Mandara. Anak sekolahan bukan hanya hidup di kelas, tapi juga di panggung yang lebih luas – panggung teater sekaligus panggung kehidupan.

wartawan
redaksi

Pastikan Program Bantuan Hari Besar Keagamaan Sesuai Regulasi, Bupati Adi Arnawa Mohon Pertimbangan Hukum ke Kejari Badung

balitribune.co.id | Mangupura - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung terus berupaya menjaga kesejahteraan masyarakat melalui kebijakan sosial-ekonomi yang berbasis data dan memiliki landasan hukum yang kuat.

Baca Selengkapnya icon click

Jawaban Ekskutif Terhadap Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi Tentang LKPJ 2024

balitribune.co.id | Bangli - Rapat Paripurna DPRD Bangli berlanjut, dengan agenda penyampaian jawaban eksekutif terhadap pandangan umum Fraksi-fraksi tentang Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah tahun anggaran  2024. Pada Selasa (11/3)

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Sedot Anggaran Hingga 480 Juta, Keberadaan Tim Ahli Kelengkapan DPRD Bangli Perlu Dievaluasi

balitribune.co.id | Bangli - Ketua Fraksi Gabungan Restorasi Raya DPRD Bangli, I Made Joko Arnawa meminta agar dilakukan evaluasi terhadap keberadaan kelompok pakar atau tim ahli kelengkapan dewan (AKD) Bangli. Pihaknya beralasan perlu dilakukan evaluasi karena masalah efisiensi anggaran dan juga melihat sejauh ini fungsi dan tugasnya tidak jelas.

Baca Selengkapnya icon click

Pasutri Tewas Bunuh Diri di Pantai Padanggalak

balitribune.co.id | Denpasar - Pengunjung Pantai Padanggalak Denpasar Timur (Dentim), Selasa (11/3) pukul 07.00 Wita digemparkan dengan penemuan dua mayat laki - laki dan wanita di Pos Nelayan Sari Mertha Segara Jalan Pantai Padanggalak. Ternyata kedua mayat itu adalah pasangan suami - istri, I Putu Pastika (26) dan Dewa Ayu Sri Astini (25) yang tewas bunuh diri akibat minum racun. 

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

'Light Up the Dream' PLN Edisi Ramadan, “Nyalakan Mimpi” Warga Kurang Mampu di Bali

balitribune.co.id | Singaraja - Program Light Up the Dream (LUTD) yang digagas oleh PLN kembali menunjukkan keberhasilannya dengan menyalakan listrik bagi 16 warga kurang mampu di Bali, 7 di antaranya adalah pelanggan di Dusun Bungkulan Sawan, Buleleng, Bali.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.