balitribune.co.id | Gianyar - Nelayan di Gianyar memang dikenal dengan keberaniannya melaut dalam kondisi alam yang tidak menguntungkan. Seperti halnya pada musim gelombang tinggi dalam sepekan terakhir. Nelayan di Pantai Lebih, tetap melaut dengan mengambil waktu dinihari.
Ketua Kelompak Nelayan Pantai Lebih I Made Ana, Senin (28/8/2023), menyebutkan gelombang mulai meninggi dari pukul 10.00 Wita sampai sore. Sehingga nelayan di Pantai Lebih memanfaatkan waktu melaut dini hari. "Nelayan melaut dini hari, dari pukul 04.00 dini hari sampai pukul 08.00 pagi," jelas Hermanto.
Namun demikian Nelayan menghindari melaut lewat dari 300 meter dari bibir pantai. "Ini gelombang tidak menentu, mungkin gejala elnino. Tetap kami imbau agar tidak melaut tidak lebih dari 300 meter dari bibir pantai," jelasnya.
Karena melaut hanya di pinggiran dan beberapa nelayan dengan menebar jaring kecil, maka ikan yang didapat hanya ikan kecil-kecil, sejenis lemuru. Sehingga pendapatan nelayan tidak signifikan, namun bisa memenuhi kebutuhan dapur. Dalam kondisi ini, hanya beberapa nelayan yang beraktivitas. Karena saat gelombamg tinggi, ikan-ikan sudah pada turun ke dasar laut sehingga sangat sedikit muncul di permukaan.
Bila kondisi gelombang sedang, bila tangkapan ikan lemuru atau ikan kucing sekitar 25 kg, maka hasil tangkapan itu baru sebatas menutup modal pembelian BBM. "Idealnya tangkapan di atas 40 kg, baru mendapatkan keuntungan. Kalau 25 kg, hanya menutupi biaya BBM dan tenaga melaut belum terbayarkan," paparnya.
Dimana setiap kali melaut membutuhkan BBM jenis pertalite sekitar 10 liter atau dengan modal awal Rp 100 ribu. Sehingga sebagian nelayan sudah beralih ke pekerjaan lain, menjadi tukang bangunan, memelihara ternak dan ada yang mencoba peruntungan bertani ikan Lele.