balitribune.co.id | Singaraja - Menjelang berakhir masa jabatannya sebagai Gubernur Bali I Wayan Kostermenyempatkan diri mendatangi lokasi bandar udara (bandara) Letkol Wisnu di Desa Sumberkima,Kecamatan Gerokgak, Buleleng.Rencananya bandara tersebut akan dikembangkan menjadi bandara komersial dengan jenis pesawat dan kapasitas penumpang tertentu.
Koster menyatakan itu usai melakukan cek lapangan berkeliling ke bandara yang selama ini dimanfaatkan oleh sekolah penerbangan Bali International Flight Academy (BIFA). Bahkan ia bersama Penjabat (Pj) Bupati Bueleng Ketut Lihadnyana dan Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna sempat menyusuri panjang runway untuk memastikan keberadaan Letkol Wisnu sebagai bandara satu-satunya selain Bandara Ngurah Rai Denpasar.
Menurut Koster, bandara tersbut akan dikembangkan karena keberadaannya telah menjadi potensi. “Kita akan kembangkan (bandara Letkol Wisnu) dengan memiliki panjang runway 960 meter itu nyaris panjangnya 1 kilometer. Jika ditambah menjadi 1.500 meter kan bisa didarati jenis pesawat tertentu,” kata Koster.
Namun demikian, menurut Koster, keberadaan Bandara Letkol Wisnu yang akan dikembangkan bukan dimaksudkan untuk menjadi bandara Bali Utara pengganti yang batal dibangun setelah Presiden Joko Widodo menariknya dari rencana Proyek Startegis Nasional (PSN). “Tidak, karena bandara ini (Letkol Wisnu) sudah ada ya kita akan kembangkan sesuai kapasitas. Daripada keberadaannya kurang optimal,” imbuhnya.
Selain itu, kata Koster, Bandara Letkol Wisnu dengan luas 11 hektar selama ini dimanfaatkan oleh BIFA dengan sewa kontrak. Namun belakangan terganjal akibat komposisi kepemilikan lahan dimana Pemprov Bali memiliki 80 persen sedang sisanya milik Pemkab Buleleng. “Untuk rencana sewa kontrak dengan BIFA kita akan teruskan. Itu sangat bagus,” tandas Koster.
Menyikapi rencana Gubernur Koster mengembangkan bandara Letkol Wisnu menjadi bandara komersial, Chief executive officer (CEO) BIFA, Wiradharma Bagus Oka mengatakan itu memang pantas dilakukan mengingat bandara Letkol Wisnu memiliki kapasitas untuk itu. Di samping itu, sebagai sekolah calon pilot, BIFA akan sangat diuntungkan atas rencana pengembangan bandara.
“Selain dirgantara harus berkembang karena misi kita mengembangkan dirgantara nasional. Jika ini dikembangkan akan sangat bagus kedepan untuk kemajuan bangsa berbasis dirgantara. Terlebih siswa calon pilot akan memiliki banyak pengalaman karena ada peningkatan trafik penerbangan,” kata Bagus Oka didampingi Head Of School BIFA Kapten Tengku Yuri Fahrizal.
Menurutnya, Letkol Wisnu sangat memenuhi syarat untuk dikembangkan menjadi bandara yang lebih luas memberikan layanan terlebih dengan mendapat sertifikasi kelayakan sebagai sebuah bandara. ”Bandara ini sangat layak menjadi lokasi pendaratan pesawat tertentu, siswa saja latihan bisa ditempat ini apalagi pilot yang sudah berpengalaman,” ujarnya.
Sedangkan terkait molornya sewa kontrak BIFA dengan pemilik bandara Wiradharma Bagus Oka mengatakan itu hal yang biasa karena bersifat administratif. ”Bisa saja nanti model kontraknya tripartite mengingat lokasi bandara (Letkol Wisnu) dimiliki oleh Pemprov Bali dan Pemkab Buleleng,” tandas Bagus Oka.