balitribune.co.id | Bangli - Pengembangan budaya Bali perlu terus dilakukan baik itu dari pertaniannya, bangunan serta tata letaknya, ini dianggap penting bagi keberlangsungan budaya Bali. Hal itu disampaikan Ketua Yayasan Dwijendra DR. I Nyoman Satia Negara, SH., MH., disela acara Pengabdian Kepada Masyarakat oleh Alumni Mahakawi Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dwijendra di De Brokong Bali Adventure, Desa Bangbang, Kecamatan Tembuku, Bangli, Minggu (31/3).
Ia berharap eksistensi Prodi Teknik Arsitektur Universitas Dwijendra mendapatkan tempat di tengah derasnya arus informasi dan pergeseran budaya. Ia juga beranggapan pelestarian budaya Bali melalui arsitektur Bali akan terus berkembang seiring perubahan jaman.
"Kami berharap arsitektur dan kebudayaan Bali tetap terjaga dengan baik, khususnya pembangunan perumahan yang nantinya bisa menggunakan arsitektur Bali," tukasnya.
Apa yang disampaikan Satia Negara selaku Ketua Yayasan Dwijendra bukan tanpa sebab, ia beranggapan saat ini ditengah keterbatasan lahan perumahan yang berkembang di daerah perkotaan, penggunaan arsitektur Bali sangat minim, namun ia beranggapan hal itu masih bisa disiasati.
"Harapannya arsitektur Bali bisa menjadi bagian dari pembangunan itu sendiri," ujarnya.
Sedangkan Rektor Universitas Dwijendra, Prof. DR. Gde Sedana, MMA., menyambut baik inisiasi yang dilakukan para alumni yang telah berkecimpung di berbagi tempat. Artinya, para alumni sudah bisa mengembangkan budaya Bali, khususnya yang berkenaan dengan arsitektur dengan sentuhan budaya Bali.
"Kami di universitas selalu menekankan pada budaya dan kesusastraan, salah satunya dengan mempertahankan arsitektur Bali," kata Prof. Sedana, seraya berharap kepada alumni dan calon-calon arsitek jebolan Universitas Dwijendra bisa membangun Bali bersama-sama pemerintah yang tetap berbasis pada budaya Bali.
Seiring dengan perkembangan jaman ia berpesan agar selalu berkembang seiring perkembangan jaman. Misal, dengan munculnya Artifisual Intelegence (AI) maka arsitektur Bali harus mampu baradaptasi.
"Tapi saya meyakini embrio arsitektur Bali yang lahir dari embrio Universitas Dwijendra mampu mengambil peran, terkhusus arsitektur Bali," katanya.
Dari tempat yang sama selaku Ketua Alumni Mahakawi Prodi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dwijendra, IB Riana, merasa bersyukur dengan adanya sokongan dari Yayasan Dwijendra dan rektorat sehingga kegiatan kali ini bisa terlaksana.
"Prodi ini merupakan cikal bakal untuk mendirikan Fakultas yang bercirikan arsitektur tradisional Bali," ucapnya.
Menurutnya dengan berlandaskan filosofi budaya Bali, cita-cita mengembangkan arsitektur Bali bisa terwujud. Dan ia juga beranggapan arsitektur Bali tidak kalah dengan arsitektur dunia lainnya, justru arsitektur budaya Bali memiliki nilai filosofis tersendiri.
"Selaku alumni, kami juga akan mensuport bagaimana suasana di kampus dan di luar agar bisa dipadupadankan," pungkasnya.