BALI TRIBUNE - MENGINGAT sebagian besar wisatawan mancanegara (wisman) yang menginap di kawasan Desa Sanur, Denpasar merupakan wisatawan repeater (datang berulang kali) ini, perlu diberikan suguhan berbeda untuk menghindari kejenuhan.
Guna memberikan sensasi berbeda kepada wisatawan yang menghabiskan liburan di Sanur, pelaku industri pariwisata menghadirkan sebuah atraksi wisata berupa hiburan musik jazz yang berlangsung di pantai belakang area Griya Santrian Hotel, Sanur-Denpasar, Jumat (14/7).
Sanur Mostly Jazz Festival (SMJF) yang mengangkat tema “Bhineka Tunggal Ika” ini diharapkan mampu menghibur wisatawan. Para wisatawan selama 3 hari berturut-turut dihibur oleh sejumlah musisi diantaranya, Balawan, Dewa Bujana Zentuary, Indra Lesmana Surya Sewana, Idang Rasjidi, Ito Kurdhi Chemistry, Koko Harsoe Trio.
Penggagas SMJF, Ida Bagus Gde Sidharta Putra mengungkapkan tiket yang dijual penyelenggara, selain dibeli oleh wisatawan yang tinggal di hotel-hotel kawasan Sanur juga diminati wisatawan di luar Sanur. Harga tiket jazz festival ini dibandrol Rp 300 ribu termasuk dinner. Sedangkan pada Minggu (16/7) untuk pertunjukkan Surya Sewana ini wisatawan tidak perlu membeli tiket (gratis).
“SMJF ini memang baru pertama. Tapi masih kita pelajari trik-triknya karena bukan hanya kita tapi mengajak audiens juga masuk ke ruang lingkup seperti musik. Itu yang harus kita review,” ucap pria yang akrab disapa Gusde ini.
Jazz Festival yang didesain menampung sebanyak 420 wisatawan tersebut diakuinya untuk meramaikan industri pariwisata di Bali dan Sanur, Denpasar khususnya. “Selain untuk promosi pariwisata, kita juga ingin membangkitkan jiwa-jiwa seni anak-anak muda. Dengan hadirnya Indra Lesmana bisa memberikan warna seni musik kita,” katanya.
Menurut Gusde, genre jazz ini telah memiliki banyak penggemar bahkan wisman yang menginap di Sanur sebagian besar pecinta musik jazz. “Dengan festival jazz ini otomatis ada tambahanlah diluar konvensional market. Sanur sendiri yang merupakan repeater client dari Eropa, Australia. Siapa tahu ada jazz orang-orang Jepang dan Jakarta mulai senang,” ujar Gusde.
Saat ini ditambahkan Gusde rata-rata okupansi kamar hotel di kawasan Sanur mencapai 90 persen yang didominasi wisman Australia karena di negara itu sedang musim dingin. “Jadinya mencari tempat yang lebih hangat makanya datang ke kita. Sekarang Australia mendominasi okupansi sekitar 55 persen, 40 persen Eropa dan 5 persen wisman lainnya,” imbuhnya.