BALI TRIBUNE - Dalam mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama masa kuliah, mahasiswa wajib melakukan penerapan ilmunya sebelum masa perkuliahan berakhir, dan ini memang wajib sebagai langkah menumbuhkan jiwa wirausaha di kalangan mahasiswa. Hal itu disampaikan oleh Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bali, Dewa Gede Ngurah Byomantara di sela kegiatan mahasiswanya yang menggelar event Kedonganan Food Festival di Pantai Kedonganan, Badung, Kamis (20/7).
“Setiap program studi di STP Bali mereka wajib melakukan aplikasi manajemen. Aplikasi manajemen ini sudah barang tentu dihubungkan dengan program studinya,” ujarnya. Dari program studi yang ada mahasiswa harus bisa menciptakan suatu kegiatan yang bermanfaat bagi dirnya serta masyarakat. Kegiatan ini mesti terukur dari creating, managing, implementing, hingga terakhir evaluating harus dilakukan dengan teamnya.
“Sasaran yang ingin kami capai dari setiap kegiatan yaitu, ketika nanti mereka tamat kuliah, mereka akan betul betul siap pakai dari apa yang sudah mereka terapkan sebelumnya,” katanya. Apalagi, katanya, banyak daerah tujuan wisata di Bali, karena itu STP Bali ikut bertanggung jawab bagaimana meningkatkan kualitas daerah tujuan pariwisata tersebut. Meskipun diakui pihaknya saat ini masih berkiblat pengembangan di Bromo, Tengger, Semeru, Mandalika dan Labuhan Bajo, daerah daerah ini yang telah kami lakukan untuk program studi pariwisatanya.
“Melalui program vokasi yang didapat selama kuliah, kita berharap nantinya mahasiswa yang lulus sudah harus siap pakai. Dan tentunya dalam hal ini kami gunakan standar standar yang sifatnya global,” ujarnya. Dengan dimilikinya standar Internasional ini tentu pihaknya mengimplementasikan pada mahasiswa yang dilanjutkan dengan kegiatan aplikasi manajemen. Karena itu ia mengungkapkan para mahasiswa yang telah lulus memiliki standar atau kualifikasi internasional.
“Dimilikinya standar atau kualifikasi internasional para lulusan sudah siap pakai dalam melayani industri pariwisata yang kini tengah berkembang,” tandas Byo. Disebutkan pula, pihaknya tidqk muluk muluk menargetkan 10 persen dari lulusannya untuk menjalankan bisnis sendiri (wirausaha), makanya ketika masih diperkuliahan pihaknya hanya menargetkan hanya 20 persen telah memiliki inisiasi dalam berusaha kelak.
“Kita berharap yang 10 persen ini mampu membuka lapangan pekerjaan dan mampu menyerap tenaga kerja, sehingga dengan kata lain, kami tidak hanya menghasilkan mahasiswa yang mampu bersaing dalam mencari kerja, tapi lebih banyak kami harapkan menciptakan lapangan pekerjaan tersebut yang dibarengi dengan kompetensi yang mereka miliki,” tutupnya.