BALI TRIBUNE - Puluhan tahun hidup seperti terisolasi lantaran terbatasnya akses infratsruktur jalan, Warga Banjar Tangkup, Pupuan, Tegallalang mulai punya harapan. Setelah TMMD ke-100 di wilayah Gianyar dipastikan untuk membuka akses jalan yang meghubungkan Banjar Tangkup dengan Banjar Timbul yang selama ini hanya berupa jalan setapak.
Dandim Gianyar, Letkol Kav Asep Noer Rokhmat, Senin (3/7) mengungkapkan, jalan Tangkub-Timbul ini akan dibuat sepanjang 1,6 kilometer (km), dengan lebar tujuh meter. Namun, pengerjaannya diperkirakan baru bisa dilakukan Agustus 2017. Sebab pihaknya masih menunggu anggaran APBD Perubahan 2017, Pemda Gianyar.
“Realisasinya kita masih menunggu anggaran dari Pemda Gianyar. Katanya, Agustus sudah ketuk palu (cair, red),” ujar Letkol Asep. Namun saat ditanya jumlah anggaran yang dibutuhkan, Letnan asal Sunda, Jawa Barat ini enggan mengungkapkannya. “Kita lihat saja nanti setelah ketuk palu,” ujarnya.
Pasi Teritorial Kodim Gianyar, Kapten Inf Sukendy Santoso menambahkan, barometer pembukaan jalan ini adalah kehidupan warga di Banjar Tangkub. Sebab, hingga saat ini mereka masih hidup terosolasi di lembah Desa Pupuan. Untuk menuju pusat kota Tegalalang, mereka harus menempuh jalur puluhan kilometer. Sementara jalur alternatif hanya jalan setapak, dan itupun harus dilakukan dengan cara turun-naik lembah.
Selain itu, dengan melalui jalur alternatif ini mereka baru hanya bisa sampai ke Banjar Timbul. Sementara, khawasan banjar ini juga masih jauh dari keramaian, dan tidak ada angkutan umum yang lalu lalang di sini. Dengan dibukanya jalur ini, minimal warga bisa menggunakan kenadaraannya menuju Timbul. Sehingga akses ekonomi warga juga bisa membaik. “ Kami pantau, angka KK miskin di Banjar Tangkup cukup memprihatinkan. Mudah-mudahan dengan akses jalan ini, nnatinya akan mempermudahkan warga untuk mendistribusikan hasil perkebunannya,” harapnya.
Kata dia, pembukaan jalan tersebut juga untuk upacara keagamaan warga Tangkub. Sebab di bawah jalan setapak ini, merupakan sumber air, yang setiap tahun dicari oleh warga untuk kebutuhan upacara keagamaan. Sebab, ketia ada upacara adat, iringan ratusan umat sering melintas di jalan stepak itu, dan sangat berisiko karean di pinggir tebing.