balitribune.co.id | Gianyar - Jagat pelancongan yang sangat berharap pada momentum akhir tahun, kini menjadi kandas lantaran Surat Edaran (SE) Gubernur Bali tentang wisatawan masuk Bali wajib test swab. Pembatalan pesanan kamar hingga biro perjalanan pun kini menyelimuti pengusaha wisata di Gianyar. Ironisnya lagi, salah satu villa di kawasan Tegalallang, malah mendapat musibah lebih berat yakni bencana alam, di musim sepi ini, Tiga unit bangunan villa rusak parah lantaran tertimpa pohon.
Sudah sepi malah tertimpa pohon, demikian dialami villa Jannata di Banjar Sebali, Desa Keliki, Tegallalang Rabu (16/12). Camat Tegallalang, I Komang Alit Adnyana membenarkan adanya musibah yang menimpah salah satu akomodasi wisata di wilayahnya itu. Disebutkan kejadian sekitar Pukul 11.30 Wita, saat hujan lebat mengguyur. Menerima laporan musiabh itu, pihaknya pun sudah turunkan petugas dan meminta bantuan ke Badan Penanggulangan Bancana Daearah ( BPBD) Gianyar. “Bangunan yang tertimpa pohon, ada tiga unit dan mengalami kerusakan cukup berat. Dan sudah ditangani teman-teman dari BPBD Gianyar dibantu warga dan instansi terkait,” ungkapnya.
Disebutkan, dalam musibah itu tidak ada korban, karena villa ini memang dalam keadaan sepi. Sementara pohon yang menimpa bangunan itu posisinya di luar villa. Diduga faktor tanah di bagian akar pohon mengalami abrasi atau terkikis air sehingga tidak kuat menopang beban pohon yang cukup besar dan lebat itu.
Sementara itu, pasca dikeluarkan SE Gubernur, ratusan wisatawan kini dipasikan batal menginap di hotel-hotel di Kabupaten Gianyar. Stakeholder hotel semakin gigit jari, sebab sejak pandemi covid-19 ini, mereka tidak bisa menerapkan pemesanan hotel dengan sistem pembayaran uang muka. “Memang, sebelum adanya pengumuman SE Gubernur, insan pariwisata berharap banyak pada momentum akhir tahun ini. Sebab ada banyak wisatawan domestik yang memesan kamar hotel. Namun setelah SE diumumkan, malah banjir pembatalan,” ungkap Ketua PHRI Gianyar, Pande Adit saat dikonfirmasi, Rabu (16/12).
Disebutkan, banyaknya tamu yang membatalkan pesanan kamar hotel, karena adanya kebijakan test swab. Secara itung-itungan ekonomis, wistawan kini dibebani tambahan biaya test swab yang mencapai di atas Rp 1 juta per orang. Sementara wisatawan lokal ini kerap mengajak keluarganya. Karena itu, dana yang harus dikeluarkan relatif besar. “Ya, cancelation meningkat, wisatawan beralih ke destinasi daerah lain. Informasinya, wistawan kota-kota besar pilih alternatif ke Jogja dan destinasi lain di Jawa yang tidak ada kebijakan seperti ini," tandasnya.
Meskipun dampak kebijakan ini berdampak signifikan terhadap akomodasi pariwisata, Adit menegaskan pihaknya tetap mendukung pihak pemerintah. Sebab bagaimanapun, kata dia, hal ini merupakan persoalan kesehatan versus ekonomi. Iapun mempercayakan sepenuhnya pada pemerintah terkait hal ini. “Tentunya Pemerintah juga ingin menyelamatkan masyararakat dari covid-19. Mungkinnya saja ada tujuan yang lebih luas ingin dicapai, yakani untuk mempercepat penerimaan kunjungan wisatawan mancanegara," yakinnya mengakhiri.