BALI TRIBUNE - Bermaksud mendapat bekal tambahan sebelum mudik, Ali (18), tewas mengenaskan di proyek pembongkaran bangunan di Bengkel Alaska, Blahbatuh, Kamis (22/6). Korban tewas di tempat setelah tertimpa balok beton berbobot setengah ton. Sejumlah pekerja dan saksi pun diperiksa untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja ini.
Sukamto dan istrinya Masriva, benar-benar shok saat tiba di lokasi kejadian. Setelah mendapati anak sulungnya Ali tewas mengenaskan dalam posisi tertimpa balok beton. Mereka tak menyana jika niat baik anaknya untuk mendapatkan tambahan bekal sebelum mudik ke Surabaya, harus berakhir tragis.
Atas kejadian itu, warga pun berdatangan disusul petugas dari kepolisian dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar. Mempermudah proses evakuasi, arus lalu lintas pun sempat ditutup, karena menggunakan mobil derek. Setelah terangkat dari himpitan beton, mayat korban langsung dievakuasi ke Ruang Jenazah, RSU Sanjiwani Gianyar.
Dari keterangan rekan korban, Ipul (20), kecelakaan kerja ini terjadi saat mereka bertiga termasuk korban, sedang membongkar bangunan beton. Balok beton yang posisinya di bagian atas dengan ketinggian sekitar lima meter itu hendak di rubuhkan. Saat tulang beton sudah terpotong, beton pun ditarik dengan tali dari bawah. Korban yang posisinya di atas, ikut terseret saat beton dirubuhkan. Namun tragis, korban justru jatuh dan tertimpa beton berbobot setengah ton tersebut. Seketika itu korban tewas dengan luka di bagian kepala. “Saya sempat menyelamatkan diri, namun Ali terjebak dan tertimpa beton itu,” sesalnya.
Atas kecelakaan ini, sejumlah saksi dan rekan korban dimintai keterangan. Dugaan sementara, musibah ini terjadi karena kelalaian korban dan disayangkan pula tidak dilengkapi alat keamanan kerja. “Kami masih memeriksa sejumah saksi untuk memastikan penyebab kecelekaan kerja ini,” terang Kapolsek Blahbatuh, Kompol Abdus Salim saat memimpin olah TKP.
Sementara ibunda korban Masriva, terus menangis sembari menyesali musibah itu. Masriva mengaku sangat menyesal, karena rencana mudiknya diundur sehari. Lantaran anaknya Ali mendapat borongan pembongkaran rumah, dengan harapan mendapat bekal tambahan. Musibah pun menimpa, mereka harus mudik dengan anak sulungnya Ali yang sudah tak bernyawa lagi.