Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan.

Anak Petani Pilih Jadi Satpam, Minim, Minat Generasi Muda Jadi Petani

Bali Tribune/ I Wayan Jelantik
balitribune.co.id | Kondisi sektor pertanian di Kota Denpasar hingga kini masih bertahan. Setidaknya untuk saat ini, di ibukota Provinsi Bali ini masih memiliki lahan pertanian produktif sebanyak 2.200 hektar. Namun demikian, bukan berarti kondisi itu tanpa ancaman. Selain alih fungsi lahan yang semakin masif, pertanian di Denpasar juga terancam minimnya regenerasi petani. 
 
Ketua Majelis Subak Kota Denpasar I Wayan Jelantik mengatakan, sebagai ibukota Provinsi Bali, kehidupan pertanian di Denpasar memang masih bertahan. Meski demikian, kondisi pertanian di Denpasar juga tidak lepas dari berbagai ancaman. Diakuinya,luas lahan pertanian di Kota Denpasar  setiap tahun mengalami penyusutan. Untuk saat ini berdasarkan data Dinas Pertanian luas lahan yang masih produktif  tinggal 2.200 hektare.
 
Selain ancaman alih fungsi lahan, sektor pertanian di Denpasar juga terancam oleh minimnya regenerasi petani. Rata-rata usia petani di Denpasar yang mengerjakan sawah produktif di atas 50 tahun.  Sementara generasi muda masih enggan untuk berkecimpung langsung di dunia pertanian.
 
Hal ini disebabkan kondisi pertanian masih dianggap kurang menjanjikan. Selama ini hasil pertanian dianggap kurang meyakinkan. Hal ini membuat anak petani yang merupakan penerus pertanian lebih memilih untuk pekerjaan lain. Bahkan  banyak juga yang memilih jadi satpam karena dianggap pekerjaan bersih dibandingkan terjun ke ladang atau sawah yang dianggap kotor. 
 
“Generasi muda hampir sudah tidak ada lagi yang berkecimpung langsung dalam dunia pertanian," ujar Jelantik ditemui di kediamannya di Jalan Sedap Malam Denpasar, Rabu (22/5).
Dikatakannya, minimnya generasi muda mau berkecimpung dalam dunia pertanian harus menjadi perhatian. Salah satu yang mesti dilakukan untuk menarik minat generasi muda agar  terjun dalam dunia pertanian yakni menjadikan hasil pertanian menjanjikan untuk masa depan. Caranya yakni mengubah pola tanam. 
 
Selama ini pertanian di Kota Denpasar masih berpatokan dengan sistem lama yakni dengan orientasi penanaman padi-padi palawija. Pola ini harus diganti dengan pola tanam berorientasi pasar. Artinya penananam dilakukan berdasarkan kebutuhan. Karena kalau dipaksakan hanya menanam padi, belum tentu hasilnya maksimal. 
 
“Tetapi kalau petani berorientasi pasar dan hasilnya menggiurkan pasti generasi muda akan tertarik menjadi petani," ujarnya.
 
Dikatakan, selama petani masih menggunakan orientasi lama, atau kalau dipaksakan hanya menanam padi, maka ini yang membuat pekerjaan petani hanya menjadi pekerjaan sambilan.  Karena empat bulan tanpa hasil (menunggu panen, red), dan akhirnya justru lahan pertaniannya menjadi tidak terurus. Padahal kalau benar-benar diterapkan dengan orientasi pasar di Denpasar hasilnya bisa menggiurkan. 
 
"Misalnya tanam sayur, kebutuhan sayur di Denpasar berapa ton perhari? Kemudian pada saat menjelang upacara, berapa kebutuhan bunga? Hal ini semestinya yang dilihat petani, kalau orientasinya pasar, maka hasilnya pasti akan jauh lebih baik. Setiap hari bisa menghasilkan, bahkan penghasilan PNS golongan II bisa dikalahkan," ujarnya.
 
Menurutnya, selain terjun langsung menjadi petani, generasi muda juga berpeluang untuk menjadi penghubung antara petani dengan pasar atau istilah lainnya menjadi suplayer. Karena selama ini permasalahan pertanian di Denpasar terjadi pada penghubung hasil pertanian dengan dengan pengguna hasil pertanian. 
 
"Bagaimana nantinya agar generasi muda tidak mengejar menjadi PNS, paling tidak jadi penghubung hasil pertanian. Karena kegagalan pertanian saat ini sejatinya ada pada proses penghubungan dari petani dengan pembeli. Penghubung atau suplayer yang menghubungkan ke pasar ini semestinya diambil generasi muda," ujarnya.
 
Selain pola tanam, para petani di Denpasar juga semestinya mengubah pola pikir. Selama ini, banyak pemilik lahan masih memiliki pola pikir praktis ingin mendapatkan hasil dengan cepat. Karenanya banyak petani yang kemudian mengontrakkan lahan pertaniannya. 
 
Kendati demikian, Jelantik mengaku tetap optimis pertanian di Denpasar akan semakin baik, melihat pola pikir petani yang sudah mulai berubah. Selain itu para generasi muda juga sudah mulai melirik dunia pertanian. Meskipun tidak langsung menyentuh lahan pertanian, tetapi generasi muda akan ikut memajukan pertanian, salah satunya yakni menjadi penghubung hasil pertanian. 
 
Dia berkeyakinan lahan pertanian di Denpasar akan tetap bertahan. Terlebih dengan dukungan pemerintah yang saat ini gencar melakukan penataan terhadap jalan usaha tani di sejumlah subak di Denpasar. Selain itu penataan secara lembaga juga berjalan dengan baik. Pembangunan jalan usaha tani sudah mempermudah petani mengangkut hasil pertanian, memperlancar pengangkutan hasil pertanian. 
 
“Kami sarankan maksimal jalannya hanya cukup 1,5 meter agar tidak dijual tanahnya. Selain itu kalau di subak lestari kerjasama dengan dinas pariwisata bisa digunakan orientasinya untuk menarik wisatawan,  masyarakat di sekitar lokasi memanfaatkan untuk rekreasi dan olahraga,” ujarnya.
 
Dikatakan Jelantik, untuk mempertahankan keberadaan lahan produktif di Denpasar, pihaknya juga secara lembaga sudah membuat awig-awig atau pararem subak lestari yang salah satunya yakni mengatur terkait upaya menekan alih fungsi lahan. Dalam pararem atau aturan tersebut disebutkan bahwa pemilik lahan boleh menjual lahan pertanian, tapi tidak boleh mengalihfungsikan lahannya. 
 
"Di Kota Denpasar sudah ada subak lestari yang sudah membuat awig-awig atau aturan yang salah satu poinnya pemilik lahan boleh menjual lahannya, tetapi tidak boleh mengalihfungsikan untuk bangunan, dan lain-lain. Pararem ini sudah ada di subak Anggabaya. Ke depan mudah-mudahan makin banyak yang bisa menerapkan aturan tersebut agar menekan alih fungsi lahan terutama di lahan produktif," ujarnya.  
 
Menurutnya alih fungsi lahan mesti ditekan melalui pararem tersebut mengingat sawah menjadi penahan banjir dan solusi lahan terbuka hijau Kota Denpasar. 
 
"Kami perjuangkan pararem tersebut karena sawah atau lahan pertanian menjadi satu-satunya penahan banjir, kepentingan penyerapan air,  dan ruang terbuka hijau kota. Sebab kalau bukan lahan pertanian, sudah tidak ada lagi Kawasan hijau terbuka," tandasnya.
wartawan
Redaksi
Category

Serap Aspirasi, Pansus DPRD Badung Matangkan Ranperda Inisiatif Perlindungan dan Penertiban HPR

balitribune.co.id | Mangupura - Panitia Khusus (Pansus) DPRD Badung terus mematangkan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Inisiatif tentang Perlindungan dan Penertiban Hewan Penular Rabies (HPR). Untuk menyempurnakan rancangan, Pansus menggelar rapat serap aspirasi di Ruang Madya Gosana, Gedung DPRD Badung, Selasa (16/9).

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Telkomsel Salurkan Bantuan CSR untuk Korban Banjir di Bali

balitribune.co.id | Denpasar - Telkomsel menunjukkan kepedulian sosialnya dengan menyalurkan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) kepada masyarakat yang terdampak musibah banjir di Pulau Bali. Bantuan ini merupakan wujud nyata komitmen Telkomsel dalam mendampingi masyarakat yang sedang menghadapi situasi darurat.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads

Dewan Sampaikan Tanggapan Terkait Pendapat Gubernur Terhadap Dua Raperda Inisiatif DPRD Bali

balitribune.co.id | Denpasar - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Bali menggelar Rapat Paripurna ke- 4 Masa Persidangan I Tahun Sidang 2025-2026 dengan agenda Tanggapan Dewan terkait Pendapat Gubernur terhadap Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) Inisiatif DPRD Bali tentang Penyelenggaraan Layanan Angkutan Sewa Khusus Pariwisata Berbasis Aplikasi di Provinsi Bali dan Raperda tentang Penyelenggaraan Keterbukaan Informasi Publik yang berlangsu

Baca Selengkapnya icon click

Setop Lahan Produktif untuk Komersial, Gubernur Koster Moratorium Izin Alih Fungsi Lahan di Bali

balitribune.co.id | Denpasar - Gubernur Bali, Wayan Koster, menegaskan kebijakan moratorium alih fungsi lahan produktif untuk fasilitas komersial sebagai langkah strategis pascabanjir besar baru-baru ini yang menewaskan 17 orang di Pulau Dewata.

Baca Selengkapnya icon click
Iklan icon ads
Iklan icon ads
Bagikan Berita
news

Dikeluhkan Pelaku Usaha, Dewan Badung Siap Kaji Ulang Pajak Hiburan

Lorem, ipsum dolor sit amet consectetur adipisicing elit. Aliquid, reprehenderit maiores porro repellat veritatis ipsum.