BALI TRIBUNE - DIMASA kejayaannya musik blues memiliki banyak penggemar termasuk Bali.Hampir setiap kafe-kafe di pulau selalu mendatangkan band blues menghibur tetamu mereka.
Seiring dengan perkembangan teknologi multi media, perlahan musik yang yang lahir dari musik-musik spiritual dan pujian yang muncul dari komunitas mantan budak-budak Afrika di AS mulai ditinggalkan. Tak sedikit band-band yang semula memainkan musik blues, kini berganti genre.
Kendati demikian, masih ada musisi Bali yang tetap melestarikan genre musik yang lahir dari istilah blue yang dikonotasikan dengan perasaan frustatif dan melankolis.
Bali Blues Island (BBI) misalnya, sejak didirikan 1 oktober 2008, komunitas blues yang didirikan Ace Sulandra, Darwin H Bessie, Bagiastra, Ramadhan H, Paul Arya, Made Surya masih setia memainkan musik blues lewat ‘EGO’ (Easy Going) Band.
Bahkan memasuki usia yang ke-9 BBI bertekad akan membangkitkan lagi keberadaan music blues di pulau Bali. Seperti disampaikan Willy pentolan sekaligus ketua BBI saat ditemui Bali Tribune, disela-sela syukuran HUTke-9 BBI yang diadakan restoran Sai Lagu, Denpasar , Minggu (1/10).
“ Bisa dikatakan belakangan ini musik blues mati suri, namun ini bukan berarti akan lenyap. Sebagai pecinta musik blues tentunya BBI pastinya akan tetap memperhankan music ini. Karena itu, selain temu kangen, momentum HUT ini kami manfaatkan untuk berdiskusi membangkitkan bahkan memajukan lagi musik blues di pulau Bali, salah satunya menggelar Festival musik Blues seperti tahun –tahun sebelumnya ,’’ kata Willy.