balitribune.co.id | Gianyar - Bertepatan dengan Tilem Sasih Kanem, Krama Desa Peliatan, melaksanakan prosesi Pemahayu Jagat di Catuspata Desa, Sabtu (4/12/2021). Melalaui prosesi yang menurunkan (Nedunin) semua tapakan di Perahyangan setempat, krama memohon kondisi alam yang kini diterpa Ruug Jagat , kembali dalam keadaan somia atau degdeg/ tenang.
Pada prosesi ini secara spiritual Bhutakala dipersembahkan caru, lanjut itu oleh Ida Pedanda Budha Griya Gunung Sari Peliatan, menyupat bhuta untuk memunculkan sifat-sifat positif atau sifat kedewaan. Intinya, bahwa pada proses ini Sang Butakala dimohonkan untuk menempatkan posisi dalam kedewataan. Dalam sifat kedewataan ini kemudian dipuja untuk melimpahkan berkah atau waranugraha untuk keseimbangan jagat.
Bendesa Adat Peliatan, I Ketut Sandi mengungkapkan, digelarnya karya ini setelah mendapat wejangan dari para sulinggih, tokoh dan diputuskan dalam parumaan adat. Dilatari dengan situasi dan kondisi ( Ruug Jagat) yang juga menimpa krama Peliatan. "Pandemi Covid-19 dalam dua tahun ini, sejanyata menimbulkan dampak yang banyak. Kondisi inilah yang menjadi keprihatinan kami. Terlebih sampai menimbulkan krama depresi hingga menjalankan ulah pati ( bunuh diri)," ungkapnya.
Dalam kondisi ini, adanya bencana alam, wabah penyakit atau terjadi perubahan sikap masyarakat yang cenderung nekat, diyakini sebagai kondisi bahwa dunia ini, khususnya Jagat Peliatan juga sedang sakit. "Dunia ini sedang bergejolak, atau dalam istilah para tetua Bali disebut dengan ruug jagat. Dunia dan isinya sedang bergejolak," terangnya lagi.
Menyikapi kondisi ini, Krama Adat melaksanakan Karya Pemahayu Jagat. Yakni memohon kehadapan Sanghyang Adikala (penguasa seluruh kekuatan di alam raya) dalam hal ini adalah Dewa Siwa dan saktinya Dewi Durga untuk menentramkan jagat.
Lanjutnya, Karya Pemahayu jagati ini dilakukan dengan menghaturkan caru dalam berbagai tingkatan. Baik dalam skala rumah tangga, di Masing-masing Banjar dan dipusatkan di Catuspata Desa." Karya ini Digelar dalam rangka peneduh atau pemahayu jagat. Termasuk caru caru peneduh yang dilakukan pada sasih kenem setiap tahunnya," tambahnya.
Bupati Gianyar I Made Mayastra yang hadir dan mengikuti persembahyangan Pemahayu Jagat ini menyampaikan rasa syukurnya atas diselenggarakannya karya tersebut. Disebutkan, rasa, yadnya dan logika di Gianyar secara umum telah berjalan beriringan. Ini dibuktikan dengan ketulusan umat menjalankan dharmanya dan tetap memperhatikan kesehatannya.
Lanjutnya, berdoa dan memohon kerahauan jagat kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa memang sebuah dharma. Namun, di tengah pandemi virus Covid-19 yang belum berakhir bahkan ancaman varian terbarunya kini menyelimuti, wajib di sekapi dengan pola hidup yang sehat sesuai prokes. "Kita semua wajib mensinkronkan antara ketulusan beryadnya dan melaksanakan prokes, " wantinya mengakhiri.
Hadir pula dalam Prosesi ini, sejumlah pejabat Pemkab Gianyar, Anggota DPRD Gianyar, Palingsir Puri Ubud dan Puri Agung Peliatan, para bendwsa dan Prebekel di Kecamatan Ubud.