balitribune.co.id | Amlapura - Musim kemarau panjang yang belum berakhir, berdampak serius pada harga jual Sapi Bali. Di Kabupaten Karangasem, harga jual Sapi Bali baik bibit maupun sapi jantan potong mengalami penurunan hingga 30 persen dari harga normal.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Bali Tribune di Pasar Hewan Bebandem, dan informasi dari sejumlah petani di beberapa wilayah di Karangasem, Kamis (9/11) pada awal musim kemarau yakni sejak selesainya hari raya Idul Adha pada Juni 2023 lalu, harga jual Sapi Bali sejatinya sudah mulai mengalami penurunan, namun saat itu penurunan harga jual tidak terlalu signifikan.
Namun harga jual Sapi Bali baik jenis bibit sapi maupun sapi jantan potong terus merosot. “Sejak habis Hari Raya Idul Adha itulah pak mulai harganya turun. Cuman penurunan harga jual yang paling keras itu sejak dua bulan lalu,” ungkap I Ketut Mulyana, salah satu petani/peternak asal Desa Pempatan, Kecamatan Rendang, kepada Bali Tribune saat ditemui di kandang sapi miliknya.
Musim kemarau panjang, kata Mulyana telah membuat lahan padang rumput mengering, pun demikian dengan jenis pohon kayu yang daunnya biasa jadi pakan ternak sapi, juga meranggas karena musim panas. “Petani/peternak sekarang ini sulit sekali untuk mencari rumpun atau daun-daunan untuk pakan ternak sapinya. Mau tidak mau akhirnya banyak petani yang menjual sapi mereka ke pasaran. Ya akhirnya inilah yang menyebabkan harga sapi menjadi anjlok,” ujarnya.
Disebutkannya harga sapi bibit saat ini turun dari sebelumnya Rp. 12 Juta perekor menjadi Rp. 10 Juta perekor. Sedangkan harga sapi jantan potong dari sebelumnya Rp. 50.000 perkilo, saat ini turun menjadi Rp. 40.000 perkilo. Sementara berat satu ekor sapi jantan potong rata-rata mencapai 350 hingga 400 kilogram. Jika dihitung perekor, harga sapi jantan potong dari sebelumnya Rp. 16 Juta hingga Rp. 18 Juta perekor saat ini turun menjadi Rp. 13 Juta hingga Rp. 15 Juta perekornya.