balitribune.co.id | Denpasar – Empat tahun terakhir, terjadi ledakan pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Google, Temasek, dan Bain Company memperkirakan GMV ekonomi berbasis internet Tanah Air telah menembus US$40 miliar pada 2019 dan bakal menyentuh US$133 miliar pada 2025. Menurut Co-founder & Managing Partner, East Ventures, Willson Cuaca dalam siaran persnya yang diterima Bali Tribune, Selasa (15/4) menyampaikan Indonesia adalah pasar digital terbesar di Asia Tenggara, berkontribusi terhadap 40% dari ekonomi internet di regional.
"Dalam menarik uang investor, Indonesia menempati peringkat kedua setelah Singapura. Industri digital Indonesia juga melahirkan lebih banyak unikorn dibanding negara lain di Asia Tenggara. Perusahaan dari negara lain sulit meraih status unicorn tanpa hadir di Indonesia," katanya.
Disampaikannya, industri digital adalah perekonomian yang berbasis penguasaan teknologi dan pengetahuan (knowledge based economy), bukan bertumpu pada penguasaan aset. Ini membuka kesempatan yang sama bagi perusahaan-perusahaan rintisan untuk mengambil peran sentral dalam membangun ekonomi digital Indonesia bersama korporasi raksasa dan perusahaan multinasional.
Para founder lokal membangun perusahaannya di atas fondasi ekonomi digital Indonesia, yaitu kecepatan adaptasi penduduk Tanah Air dengan aplikasi mobile. Ada sekitar 140 juta penambahan pengguna internet di Indonesia di tahun 2009-2019. Hampir semuanya mengenal dunia maya melalui smartphone.
"Dengan melibatkan mereka ke dalam perekonomian digital, Indonesia bisa mengubah bonus demografi menjadi dividen demografi. Mengubah potensi menjadi realisasi," jelas Willson.
Namun, Ia memahami bahwa Indonesia tidak hanya Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Indonesia adalah perkebunan di Sumatra, perkampungan nelayan di kepulauan Maluku, dataran tinggi Papua, hutan di Kalimantan, dan Sabana di Nusa Tenggara. Masih banyak penduduk Indonesia yang belum merasakan sentuhan teknologi digital di kehidupan sehari-harinya.
"Jangan sampai kita yang hidup di kota melupakan itu. Maka, ekonomi digital Indonesia harus hadir dengan semangat inklusif. Para pengguna baru internet di Tanah Air tidak hanya merasakan perubahan gaya hidup, tetapi juga menikmati manfaat ekonominya. Pedagang kecil yang membuka lapak di e-commerce, mitra pengemudi layanan on-demand, hingga pemilik warung yang menerima pembayaran listrik kini ikut berkontribusi menggerakan ekonomi Indonesia," paparnya.
Lebih lanjut Willson menyampaikan, East Ventures Digital Competitiveness Index (EV-DCI) adalah upaya untuk memetakan dampak perkembangan ekonomi digital di seluruh Nusantara. Ekonomi digital menjanjikan inklusivitas, pemerataan peluang ekonomi bagi seluruh penduduk Indonesia. Indeks ini adalah indikator dari keberhasilan industri digital dalam mewujudkan janjinya.
Data yang dikumpulkan dalam EV-DCI bukan ditujukan sebagai sebuah kesimpulan. Indeks ini adalah titik awal yang memulai fase berikut dari transformasi digitalIndonesia. Dia ingin mendorong semua pemangku kepentingan untuk ikut terlibat dan turut menikmati dampak positif ekonomi digital.
Dari data yang disajikan oleh EV-DCI, para pemangku kepentingan dan sektor publik dan sektor swasta bisa saling membandingkan tingkat pemanfaatan teknologi digital di wilayah masing-masing.
"Harapan kami, para pemimpin di tiap daerah semakin terpacu untuk berlomba menciptakan ekosistem yang terbaik bagi perkembangan ekonomi digital, baik lewat pembangunan infrastruktur, pengembangan talenta, maupun regulasi yang tepat. Bagi para pemain besar di industri teknologi Indonesia, EV-DCI bisa menjadi panduan untuk melangkah lebih jauh dari kota-kota besar ke seluruh pelosok Tanah Air, untuk membantu lebih banyak bangsa Indonesia menikmati manfaat perekonomian digital," imbuhnya.
Willson menambahkan, East Ventures adalah investor startup tahap awal pertama di Indonesia yang telah beroperasi sejak 2009. Melalui investasinya di 170 startup digital di Asia Tenggara yang 130 di antaranya lahir dan beroperasi di Indonesia. Dengan wilayah yang terdiri dari 17.000 pulau dan jumlah penduduk melampaui 264 juta jiwa, Indonesia adalah salah satu perekonomian terbesar di dunia.
East Ventures bekerja bersama para pendiri startup untuk membangun ekosistem digital Indonesia dari nol sejak hari-hari pertama. Melihat peluang sejak awal, perusahaan adalah pemodal ventura pertama yang berinvestasi di dua startup Indonesia yang kini telah berstatus unicorn yaitu Tokopedia dan Traveloka.