BALI TRIBUNE - Hari raya Galungan dan Kuningan identik dengan tradisi ngelawang. Secara umum ngelawag dilakukan krama banjar adat yang nyungsung tapakan barong. Selain itu ngelawang juga dilakukan oleh seke yang dominan anggotanya laki-laki. Namun di Desa/Kecamatan Susut, ngelawang juga dilakukan oleh anak-anak perempuan yang nota bene masih berstatus siswa SD. Hasil ngelawang yang terkumpul rencananya akan disumbangkan.
I Wayan Juni Artayasa orang tua asuh dari anak-anak tersebut, mengungkapkan anak-anak perempuan yang masih duduk di bangku sekolah dasar ini, ngelawang tujuanya tujuan untuk mengumpulkan donasi.Dari hasil ngelawang yang terkumpul nantinya akan disumbangkan kepada warga yang membutuhkan.
Menurutnya, untuk rute ngelawang hanya di seputran wilayah dusun Susut Kaje dan Susut Kelod. “Ide ngelawang muncul dari anak- anak ,saya hanya memfasilitasi saja ,hasil ngelawang yang terkumpul akan diberikan kepada warga yang membutuhkan” jelasnya, Minggu (10/6)
Dikatakan, anak-anak ini terinspirasi seeorang yang keseharianya berdidikasi untuk kehidupan sosial. dan sebelumnya anak-anak tersebut sempat dibantu. "Meski anak-anak ini kondisinya juga sederhana namun mereka berusaha untuk bisa membantu orang lain," ujarnya seraya mengatakan anak-anak ini berasal dari Banjar Susut Kaja, Susut Kelod, Kebon, Desa/Kecamatan Susut.
Juni Artayasa yang juga ASN di lingkungan Pemkab Bangli ini mengatakan pada Galungan lalu, yang ngelawang adalah anak laki-laki. Lanjutnya, hasil ngelawang pada Galungan terkumpul Rp 300 ribu, sedangkan untuk Kuningan Rp 450 ribu. Hasil tersebut sepenuhnya akan disumbangan. "Hasilnya mungkin tidak banyak namun anak-anak ini berusaha, dan menjadi pendidikan karakter bagi mereka. Selain itu untuk melestarikan budaya," ungkapnya.