Jaga Kebhinekaan, Puluhan Alumni PT Deklarasikan "FK BliGen" | Bali Tribune
Bali Tribune, Jumat 29 Maret 2024
Diposting : 9 January 2023 14:24
JOK - Bali Tribune
Bali Tribune/BLIGEN - Untuk menjaga kebhinekaan, puluhan alumni dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia deklarasikan Forum Kebangsaan Bali Lintas Generasi (FK BliGen) di Denpasar, Sabtu (7/1).
balitribune.co.id | Denpasar - Puluhan alumni dari berbagai perguruan tinggi (PT) di Indonesia di antaranya, Universitas Udayana (Unud) dan Universitas Warmadewa (Unwar) Denpasar, Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Universitas Surabaya (Ubaya), Universitas Wijaya Putra (Unwip), dan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Universitas Brawijaya (Unbra) Malang, Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Pancasila Jakarta, hingga University of Pennsylvania Amerika Serikat, berkumpul di Sanggar Kagama Bali, Denpasar, Sabtu (7/1).
 
Mereka hadir mengikuti diskusi yang digelar Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT) Bali dengan mengusung tema "Tegak Bersama Menjawab Tantangan Bangsa di Masa Depan". Para profesional muda tersebut saat ini ada yang menjadi pengusaha pariwisata, para pemilik (hotel, rumah makan, dan BPR), notaris, pengacara, event organiser, kontraktor, LSM, akademisi, budayawan, seniman, dokter, juga ada pula dari pemanggku adat di Bali.
 
Turut hadir sejumlah aktivis Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), juga menghadirkan akademisi yang juga mantan hakim konstitusi Dewa Gde Palguna, Ketua GIPI Bali IB Agung Partha Adnyana, AA Gede Agung Wedhatama, I Gusti Rai Putra Wiguna (psikiater), I Ketut Eriadi Ariana (pelaku budaya, Jero Penyarikan Duuran Batur), dan Ni Luh Rosita Dewi (aktivis BEM Unwar).
 
Koordinator KAPT Bali Made Duarsa alias Dedu menyebutkan, forum diskusi sengaja digelar untuk menjaring aspirasi dari berbagai kalangan dan generasi di Bali untuk dititipkan kepada para calon pemimpin. Dilanjutkan penandatanganan deklarasi Forum Kebangsaan Bali Lintas Generasi (FK BliGen), yang akan berkelanjutan mengawal aspirasi Bali kepada para pemimpin di Bali dan nasional. 
 
"Forum ini untuk menjaring aspirasi terkait masalah yang dihadapi bangsa Indonesia dan Bali serta kepemimpinan yang diharapkan di masa depan. Jangan sampai bangsa ini terpecah, kita harus tetap bersatu menjaga kebhinekaan, kemajemukan, dan jangan sampai kita terpecah karena politik identitas, yang kita cari yang bisa menjaga keberagaman, berdiri di atas kebhinekaan. Indonesia ini besar, beragam suku, budaya, keyakinan dan kepulauan, jangan tercerai berai," harap alumni Teknik Mesin ITS Surabaya tersebut.
 
Dalam diskusi, Dewa Palguna menyatakan, proses menjadi sebuah bangsa yang dilalui Indonesia memang belum selesai sepenuhnya, dan berbagai kepentingan berbasis identitas dan kelompok masih sering muncul. Karena itu, dibutuhkan pemimpin yang mampu menjaga agar kehendak untuk bersatu dari bangsa ini tetap hidup. Berdiri di atas kebhinekaan, ujarnya. 
 
Apalagi kepentingan sempit itu kemudian bertaut dengan situasi kesenjangan sosial ekonomi yang belum sepenuhnya teratasi. Menurut akademisi Unud itu, perwujudan negara kebangsaan yang demokratis dan berdasarkan hukum di Indonesia sebenarnya sudah cukup kuat, namun kultur hukumnya masih sangat lemah. Itu sebabnya, korupsi sulit diberantas, meskipun sudah banyak OTT, tetapi kurang memberikan efek jera, katanya. 
 
Sementara, IB Agung Partha Adnyana menyatakan, belajar dari masa pandemi Covid-19 dan bencana yang pernah terjadi sebelumnya, Bali tidak boleh hanya menggantungkan diri kepada pariwisata. Ibaratnya, janga menaruh telor dalam satu keranjang, tegasnya, seraya menuturkan, pembangunan Bali juga harus terintegrasi dengan konsep "One Island, One Management", sehingga dari sembilan kabupaten dan kota di Bali tak harus semuanya dikembangkan ke arah pariwisata, juga pajak hotel dan restoran harus dibagi secara adil.
 
.Dalam konsep ini, konektivitas antara pariwisata dengan pertanian menjadi sangat penting dan saling membutuhkan. Ia mengusulkan agar Bali lebih dikembangkan sebagai tourism hub, sehingga bisa bersinergi dengan daerah-daerah lain di Indonesia. 
 
Menurut AA Gede Agung Wedhatama, peluang untuk mengembangkan pertanian di Bali sangat terbuka, namun, harus menerapkan teknologi melalui "smart agriculture", dengan prinsip wirausaha sehingga petaninya harus memiliki kemandirian dalam menentukan proses produksi, sumber daya hingga pasar bagi produknya. "Para petani dan lahannya tak hanya dilihat sebagai objek semata, tetapi dilibatkan dan diberdayakan agar memiliki akses langsung dengan wisatawan," saran pendiri gerakan Petani Muda Keren (PMK) ini.
 
Psikiater I Gusti Rai Putra Wiguna menyebutkan, dari sisi kesehatan mental, kondisi warga Bali sebenarnya sedang menghadapi tantangan, saat ini jumlah penyandang gangguan jiwa mencapai 11/1.000 KK atau sekitar 80 ribu orang. Para pemimpin Bali maupun pemimpin bangsa sudah saatnya memberi perhatian lebih pada masalah ini, tegasnya.
 
Pemaparan dalam diskusi ini memancing sejumlah gagasan dari para peserta diskusi, terkait tantangan dan harapan kepada pemimin di Bali maupun nasional. Mereka menginginkan modernisasi saat ini tidak mencabut budaya Bali dari akarnya, pembangunan harus menguatkan SDM dan SDA lokal sehingga kesejahteraan bisa merata ke semua lapiran masyarakat.