Denpasar, Bali Tribune
Tercatat sedikitnya ada 25.000 setiap tahunnya lulusan sarjana di Bali, namun dihitung dari jumlah penduduk di Bali yang mencapai 4,2 juta orang, hanya 1,7 persennya masih menganggur.
Angka pengangguran di Bali termasuk yang terbaik tingkat nasional, karena paling rendah dibandingkan di daerah lainnya di Indonesia yang mencapai 10-11persen. Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Bali Drs I Ketut Wija, MM., mengatakan, pengangguran di Bali justru didominasi dari para sarjana, sebetulnya di Bali terdapat banyak lowongan pekerjaan.
Hal tersebut dibuktikan adanya job fair yang dilakukan, baik dari provinsi maupun kabupaten. Job Fair sesungguhnya memberikan lowongan pekerjaan untuk masyarakat Bali, namun tidak secara maksimal bisa dipenuhi oleh tenaga kerja, baik dari unversitas maupun non-universitas, karena tidak sesuai dengan ketrampilan yang dimiliki.
“Banyak sekali lowongan pekerjaan di Bali, namun banyak juga yang tidak minat dengan pekerjaan yang dibutuhkan, disebabkan keterampilan mereka tidak sesuai dengan lowongan pekerjaan,” tegas Ketut Wija, Jumat (21/10).
Untuk dapat menekan lagi presentase pengangguran di Bali akan mengaktifkan kembali Balai Latihan Kerja (BLK) yang di provinsi maupun di kabupaten. "Kami akan fokus dengan Balai Latihan Kerja untuk melatih tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pasar,” ujar Wija, yang baru menjabat pada posisinya yang sekarang sejak enam hari lalu.
Ia juga mengatakan, pemuda-pemuda di Bali sangat minat bekerja di kapal pesiar, dan banyak dibutuhkan agen-agen kapal pesiar. BLK akan mencoba melakukan pelatihan-pelatihan dalam bidang kapal pesiar dan bekerja sama dengan agen-agen yang akan mengirim tenaga kerja ke kapal pesiar.
Nantinya, di desa akan didaftar beberapa anak-anak yang mau pelatihan otomotif, lalu akan dilatih langsung beberapa hari sampai anak tersebut bisa, sehingga kedepan anak tersebut bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri dengan membuka bengkel di desa.
Selain itu ada satu buah Mobil Training Unit (MTU) atau mobil yang berfungsi untuk pelatihan keliling, ada tiga pelatihan yaitu latihan mengelas, pengolah kayu, dan pemasangan bata dan ubin. Mobil tersebut akan diutamakan dibawa ke desa gerbangsadu yang memiliki angka kemiskinan tinggi, sehingga anak-anak di desa yang tidak memiliki pekerjaan bisa berlatih dengan keahlian tersebut.
“Hal ini yang kami akan lakukan untuk menyasar 1,7 persen angka pengangguran di Bali, kita datang ke desa-desa. Di kota nanti kita umumkan apakah mereka mau dilatih disini, terutama yang sarjana yang belum bekerja dengan beralih keterampilan, sehingga bisa bekerja. Setiap pembukaan pelatihan kami mengundang para usaha dan industri untuk melihat tempat pelatihan. Kami akan melakukan MoU dengan mereka, sehingga nanti mereka bisa memesan tenaga kerja dari hasil Balai Latihan Kerja,” ungkapnya.