balitribune.co.id | Denpasar - Pasca dihentikan sementara penerbangan dari/ke Tiongkok-Indonesia, sejumlah atraksi wisata di Bali mulai sepi kunjungan wisatawan dari Negeri Tirai Bambu. Pasalnya, turis Tiongkok yang datang ke pulau ini gemar melakukan kegiatan wisata bahari dan atraksi wisata lainnya.
Kasus novel corona virus yang mulai merebak di Kota Wuhan, Tiongkok pada akhir tahun 2019 lalu ini meresahkan masyarakat global. Dalam hal mengantisipasi lebih meluasnya penyebaran flu mematikan tersebut, Pemerintah Indonesia menghentikan sementara penerbangan dari/ke Indonesia-Tiongkok.
Hal tersebut membawa dampak penurunan kedatangan turis asing ke Pulau Dewata terutama dari Tiongkok. Sehingga turis dari 'Rumah Panda' ini tidak bisa melakukan perjalanan wisata ke Bali. Tercatat sebanyak 1 juta lebih warga Tiongkok berwisata di Bali pada 2019 lalu. Kini kekosongan pasokan turis dari negara tersebut berdampak pada industri pariwisata di bidang perhotelan dan atraksi wisata, travel agent yang market utamanya adalah wisatawan mancanegara (wisman) Tiongkok.
Bahkan dikabarkan, karena tidak ada kunjungan wisatawan Tiongkok, pelaku pariwisata merasa merugi hingga berencana akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Gubernur Bali, Wayan Koster mengaku telah mengecek informasi tersebut dengan mendatangi tempat usaha pariwisata yang akan melakukan PHK.
"Kalau dari China-nya kebetulan hotelnya langganan dari wisatawan China (Tiongkok), sepi dia. Belum ada (PHK). Saya sudah cek tapi ancang-ancang untuk PHK, tapi saya bilang jangan dulu. Masa untungnya sudah sekian puluh tahun baru beberapa bulan sudah mau PHK," ucapnya di Wiswa Sabha Kantor Gubernur Bali, Selasa (11/2).
Apalagi dikatakan Koster, Presiden Jokowi sudah menginstruksikan kementerian-kementerian untuk melaksanakan kegiatan MICE di Bali. "Semua kementerian sekarang sudah didorong presiden agar membuat acara di Bali dan sedang dicarikan insentif untuk penerbangan domestik, tarifnya diturunkan. Supaya lebih banyak yang datang ke Bali," terangnya.
Sementara itu Wakil Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA), Made Ramia Adnyana menyatakan bahwa saat ini terdapat berbagai kegiatan pertemuan dari kementerian yang dilakukan di Bali. Dia yang juga General Manager H Sovereign Bali mengatakan okupansi atau tingkat hunian kamar di hotel setempat 60-70%an.
"Karena masih ada pasar domestik yang mengadakan perhelatan dan perjamuan," ungkapnya.
Selain domestik, okupansi sekarang ini juga diisi oleh wisatawan Eropa, Australia, Amerika dan tentunya pasar domestik yang masih ramai. Dia pun tidak menampik terjadi kehilangan okupansi hampir 15% dari pasar Tiongkok yang biasanya datang dalam group series. "Rata-rata hotel di kawasan Kuta okupansinya di bawah 50%," sebutnya.
Akomodasi yang kena imbas paling banyak adalah hotel-hotel dengan market share lebih fokus pada pasar Tiongkok. "Semoga semua ini segera berlalu dan pasar kembali bergairah dan ekonomi masyarakat bergeliat seperti sedia kala," harap pelaku pariwisata Bali ini.