
BALI TRIBUNE - Masih berkutat bagaimana pengelolaan terminal Mengwi agar lebih optimal membuat Ketua Organda Bali, Eddy Dharmaputra urun bicara. Menurutnya terminal kebanggaan masyarakat Bali ini diakui memang belum optimal dalam pengelolaannya dan bisa dikatakan masih kurang. Persoalan utama diantaranya belum adanya simpul jaringan trayek dari dan ke terminal Mengwi yang terintegrasi sedangkan yang ada saat ini sifatnya masih parsial. "Padahal intinya masyarakat yang datang ke terminal Mengwi itu bisa didistribusikan lewat transportasi yang tersedia," ucap Eddy di Denpasar, Rabu (4/4). Keberadaan transportasi di terminal Mengwi menurut Eddy seperti Sabagita, APV, dan taxi sebenarnya sudah bagus, tapi belum maksimal. Mestinya terminal Mengwi ini bisa juga dipakai "stop over" sama halnya yang ada di central parkir, Kuta. "Jadi kendaraan yang datang dari Jawa bisa masuk ke terminal, penumpang turun, lantas didistribusikan lewat transport yang sudah tersedia sesuai tujuan penumpang," ucapnya sembari berujar, sudah ada sebenarnya moda pilihan angkutan di terminal Mengwi. "Ini yang mestinya diberdayakan," tukasnya. Kondisi riil saat ini yang terjadi, karena tidak adanya jaringan trayek ke yerminal Mengwi mengakibatkan banyak yang naik melalui gudang atau pul bis sehingga kondisi ini dianggap tidak menguntungkan bagi penumpang. "Laporan dari masyarakatlah yang kemudian di fasilitasi pengusaha bis untuk bisa naik di pull atau gudang," sebutnya. Persolan lain yang jadi penyebab yaitu banyaknya angkutan antar jemput penumpang (AJAP) "door to door" yang berkeliaran tanpa izin yang jumlahnya ratusan, ini yang katanya cukup mematikan AKAP, akibatnya kontribusi atau penumpang AKAP di terminal bisa dikatakan semakin meredup. "Yang kita inginkan yaitu bagaimana memyikapi persoalan ini dimana AKAP bisa berjalan dengan baik, terminal pun bisa menggeliat," katanya. Eddy berharap akan datangnya solusi, terobosan terobosan baru supaya terminal Mengwi bisa dikembalikan seperti tujuan awal. Memang katanya beberapa waktu lalu DPRD Provinsi Bali sempat ke Jakarta bertemu dengan Dirjen Perhubungan Darat dan dijanjikan akan diberikan bantuan kendaraan untuk bisa menyiasati trayek baru lagi ke beberapa tujuan. "Tapi itu kan baru janji dan memakan waktu lagi, padahal sekarang ini yang dihadapi kan persoalan perut," tukasnya. Kerap ia mencontohkan soal keberadaan terminal Bungurasih, Sidoarjo. Menurutnya perpindahan terminal tersebut tidak menimbulkan masalah, pasalnya simpul simpul angkutan menuju ke Bungurasih dari berbagai daerah sekitar sudah tersedia, namun hal terbalik yang terjadi di terminal Mengwi. "Dari situasi itulah sebenarnya yang perlu kita sikapi dan melakukan pendekatan, bagaimana menyediakan simpul simpul itu. Kalau sampai AKAP redup buat apalagi ada terminal," tandasnya. Untuk itulah Eddy yang juga pengusaha bis AKAP ini meminta lebih peran pemerintah dalam mendorong sinergitas tata kelola transportasi di Bali, baik itu terminal, pengusaha, dan masyarakat. "Pemerintah itu kan pembina, jangan sampai justru membinasakan," sentilnya.