Denpasar, Bali Tribune
Dharma Santhi yang merupakan rangkaian perayaan hari raya Nyepi adalah wahana silaturahmi dalam mempererat persaudaraan baik antar umat Hindu maupun persaudaraan dan kerukunan antar umat Hindu dengan umat lainnya di Bali.
Kegiatan dharma santhi diharapkan juga media memantapkan tali persaudaraan dan kebersaman seluruh komponen umat beragama di Bali untuk membangun suasana sejuk, damai, rukun dan tentram.
Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat menghadiri Dharma Santhi serangkaian perayaan Nyepi Caka 1938 bersama jajaran Kepolisian Daerah Bali di Gedung Institut Seni Indonesia, Kamis (7/4).
Pada kesempatan itu Pastika mengajak seluruh komponen masyarakat untuk melaksanakan swadharma-nya masing-masing dalam upaya mewujudkan Bali yang aman dan damai. “Mengingat saat ini tantangan, cobaan dan permasalahan kemasyarakatan dan pembangunan perlu disikapi dengan bijaksana dan proporsional agar tidak menimbulkan gejolak sosial,” terangnya.
Masyarakat juga diminta tidak terpancing oleh isu isu yang menyesatkan serta dapat memecah belah kerukunan yang telah terbina. Semua permasalahan yang ada agar dikelola dengan baik melalui semangat dialogis , saling memberi dan saling menerima serta saling mendengarkan dan saling memahami.
Gubernur Pastika juga menekankan peran para pemuka agama , pemuka adat, pemuka masyarkat dan unsur pemerintah agar senantiasa membimbing dan menuntun umat untuk meningkatkan toleransi, kerjasama, saling memnghargai dan saling mengasihi sehingga terbina kerukunan intern dan antar umat beragama serta antara umat beragama dengan pemerintah.
Kepada jajaran Polda Bali, Pastika mengingatkan untuk selalu bekerja dengan penuh kesabaran serta menggunakan kewenangan dan kekuasaan yang dimiliki dengan sebaik baiknya. “Jadilah polisi yang mendidik bukan menghardik, polisi yang mengajar bukan membentak, polisi yang merangkul bukan memukul, “ tegasnya.
Kepolisian yang memikul tugas mulia dengan penuh cobaan di tengah permasalahan yang kompleks diharapkan tetap teguh dan konsisten melaksanakan tugasnya demi terwujudnya tatanan kehidupan yang lebih baik menuju masyarakat Bali yang maju, aman, damai dan sejahtera.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Kepolisian Daerah (Polda) Bali Drs. Sugeng Priyanto, SH, MA , di mana menurutnya kegiatan peringatan hari hari besar keagamaan seperti dharma santhi yang dilakukan menjadi alat untuk menumbuhkan keselarasan dan kebahagiaan lahir bathin dalam menjalani kehidupan pribadi maupun pelaksanaan tugas di kepolisian di Negara Kesatuan Republik Indonesia .”Yang dapat diwujudkan dengan aktualisasi dalam bentuk pikiran, perkataan, dan perbuatan yang sesuai dengan konsep Tri Hita Karana,”ungkapnya.
Tema dharma santhi kali ini yaitu “Melalui Perayaan Nyepi Tahun Caka 1938 / 2016 Kita Hormati Keberagaman Sebagai Perekat Persatuan Menuju Polri Yang Solid dan Profesional”. Menurut Sugeng, tema tersebut sangatlah relevan mengingat dewasa ini Polri masih dihadapkan pada tingginya tuntutan dan harapan masyarakat terhadap kinerja dan pelayanan kepolisian yang transparan dan akuntabel.
Sugeng juga menambahkan peningkatan profesionalisme personel Polri haruslah disertai dengan penguatan integritas moral dan kepribadian yang bersumber dari keluhuran nilai nilai spiritualitas keagamaan serta mengembangkan rasa solidaritas yang tinggi dalam upaya menjalin persatuan dan kesatuan yang kokoh.
Rangkaian kegiatan hari raya Nyepi dilingkungan Polda Bali juga diisi dengan berbagai kegiatan seperti kegiatan bedah rumah di Kabupaten Karangasem dan Buleleng, donor darah, anjangsana ke anggota Polri yang sakit parah serta tirta yatra. Dharma Santhi Polda Bali kali ini juga didisi dengan dharma wacana dari Ida Pandita Dukuh Samiage dari Griya Penatih Denpasar.
Dalam dharma wacananya, Ida Pandita Dukuh Samiage kembali mengingatkan umat Hindu akan makna sesungguhnya dari Catur Brata Penyepian yang dilaksanakan pada hari raya Nyepi. Menurut Ida Pandita, Catur Berata Penyepian yang terdiri dari amati geni, amati karya , amati lelungan serta amati lelanguan hendaknya dilaksanakan dengan sebaik baiknya.
Amati geni dalam pelaksanaan Nyepi tidak hanya berarti tidak menyalakan api maupun lampu, namun makna amati geni yang sesungguhnya adalah mampu untuk mengendalikan api yang ada dalam diri kita sendiri yang terdiri dari api kroda ( amarah), moha( nafsu yang berlebihan) serta matsarya ( iri hati). Begitu pula halnya dengan amati karya dimana amati karya yang dimaksud adalah ‘ akarya’ dimana maknanya melakukan pekerjaan yang bukan tenggung jawab kita.
“ Kalau anggota polisi yang harus bekerja saat Nyepi bukan berarti melanggar amati karya, karena melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya”, imbuhnya.Demikian pula halnya dengan ‘amati lelungan’ dan ‘amati lelanguan’ yang berarti tidak melakukan perjalanan keluar rumah dan tidak mencari hiburan , namun jika hal tersebut dilakukan dalam konteks menjalankan tugas dan kewajiban maka hal tersebut bukanlah suatu pelanggaran dari catur berata penyepian.
Ida Pandita juga mengingatkan seluruh umat beragama untuk selalu ingat akan falsafah hidup ‘Wasudewa Kutumbakam ‘ yang berarti kita semua adalah saudara atau kita persaudaraan sejagat. “Untuk itu kita diingatkan untuk senantiasa bersatu , tidak ada alasan untuk saling membenci, menyakiti karena sesungguhnya kita semua adalah saudara,”papar Ida Pandita.
Selain Gubernur Pastika, darma shanty itu dihadiri pula Ketua Majelis Utama Desa Pekraman (MUDP) , Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Bali, Kepala Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Bali, Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali serta Kapolda Bali beserta segenap jajarannya serta pimpinan lembaga umat dan pemuka agama di Bali.