Kuta, Bali Tribune
Pemerintah Pusat maupun Bali jika fokus terhadap pengembangan pariwisata semestinya mengupayakan peningkatan pendanaan untuk pembangunan infrastruktur terutama yang terkait transportasi umum. Seperti halnya kondisi di Bali saat ini di titik-titik sentral wisata kerap dihadapi kemacetan.
Chief Executive Officer dari Asian Development Bank Institute, Naoyuki Yoshino, menyoroti pengembangan infrastruktur di Bali yang merupakan salah satu destinasi wisata dunia jauh dari kata memadai. Dia menyatakan untuk menuju arah airport pihaknya harus menghadapi kemacetan lalu lintas.
“Indonesia mesti meningkatkan pendanaan untuk pembangunan infrastruktur transportasi umum. Misalnya infrastruktur di Bali kurang dikembangkan sering terjadi kemacetan menuju bandara. Sehingga perlu dibangun transportasi yang lebih inovatif,” cetusnya kepada awak media di sela-sela International Conference on Management in Emerging Markets (ICMEM) 2016 di The Patra Jasa Bali Resort & Villa, Badung, Rabu (10/8).
Di samping itu dikatakannya pembangunan infrastruktur di Tanah Air masih ketergantungan pinjaman dana dari luar negeri yang dapat menambah beban keuangan negara. Sebaiknya kata dia setiap pembangunan yang dilakukan menggunakan dana pinjaman domestik (dalam negeri). Padahal menurut Naoyuki banyak orang kaya di Indonesia namun dana yang dimiliki lebih banyak diinvestasikan di luar negeri. “Di Jepang pembangunan dilakukan dengan menggunakan dana dalam negeri,” katanya.
Dekan Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM), Institut Teknologi Bandung (ITB), Sudarso Kaderi Wiryono, mengatakan, menghadapi kondisi tersebut para peneliti baik dari dosen maupun mahasiswa tingkat magister dan doktor di ITB risetnya adalah langsung terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi bangsa ini yaitu pembangunan.
Sementara itu, terkait konferensi ICMEM, dijelaskannya, dapat menjadi wadah interaksi bagi pebisnis, pemerintah serta akademisi dalam mengungkapkan temuan-temuan dan gagasan-gagasan guna memecahkan persoalan-persoalan yang muncul di negara-negara berkembang seperti Indonesia. “ICMEM 2016 mengusung tema Managing Business Opportunities in Global Uncertainties mengundang pembicara ahli dalam membahas keadaan perekonomian dunia saat ini,” kata Sudarso.
Sekarang ini negara-negara berkembang menjadi pasar yang banyak diincar oleh para pebisnis untuk melebarkan sayap usaha mereka. Namun keputusan untuk ekspansi pada negara-negara berkembang bukan tanpa risiko karena banyaknya ketidakpastian yang mempengaruhi profitabilitas usaha.
Sedangkan akhir-akhir ini ditambahkan Sudarso tren pertumbuhan ekonomi dunia mulai melambat. “Perlambatan pertumbuhan ekonomi ini sedikit banyak dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi negara-negara berkembang,” tambahnya.