Diposting : 20 July 2019 22:27
Ayu Eka Agustini - Bali Tribune
balitribune.co.id | Kuta - Akses penerbangan langsung memicu tingginya minat calon wisatawan mengunjungi suatu destinasi. Bali yang masih menjadi salah satu destinasi favorit bagi masyarakat internasional, membuat pulau ini sebagai target maskapai untuk melakukan penerbangan langsung. Sejak dibuka sejumlah penerbangan langsung dari berbagai negara ke Bali dan sebaliknya, setiap tahunnya kunjungan turis asing ke Pulau Seribu Pura ini mengalami peningkatan.
Sejak tahun 2019, Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai telah meresmikan sejumlah penerbangan langsung. Akhir Mei lalu maskapai asal Vietnam VietJet Air resmi menghubungkan Ho Chi Minh City dengan Bali selanjutnya disusul maskapai asal Turki, Turkish Airlines yang melakukan penerbangan perdana ke pulau ini, Rabu (17/7).
General Manager PT Angkasa Pura I (Persero) Kantor Cabang Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Herry A.Y. Sikado pun menyambut antusias pembukaan rute penerbangan baru dari kawasan Eurasia. Dengan dibukanya penerbangan langsung dari sejumlah negara tersebut tentunya akan memberikan kemudahan wisatawan dari Asia dan Eropa menuju Bali.
Penerbangan langsung lebih diminati wisatawan karena mempercepat waktu tempuh ke destinasi dibandingkan melalui transit. Herry menyebutkan pada tahun 2018 terdapat 10.658 wisatawan asal Turki yang mengunjungi Bali melalui bandar udara. Sementara hingga bulan Juni tahun ini terdapat 4.715 wisatawan. Angka ini relatif masih belum cukup banyak jika dibandingkan dengan kunjungan dari negara-negara lainnya. Dengan dibukanya rute baru oleh Turkish Airlines dia berharap dapat semakin memberikan kemudahan bagi para wisatawan mancanegara berlibur di Bali.
Turkish Airlines tercatat menjadi maskapai asing ke-32 yang saat ini beroperasi melayani rute yang melalui Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Sementara itu Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Istanbul, Turki Herry Sudrajat mengatakan bahwa penerbangan langsung/direct flight merupakan kecepatan untuk mencapai destinasi.
"Itu (akses penerbangan langsung) yang dicari oleh wisatawan ketika akan berkunjung ke suatu destinasi. Bali punya potensi untuk itu. Yang datang ke sini (Bali) kebanyakan yang honeymoon. Ingin merasakan sesuatu yang spesial," katanya.
Herry menceritakan karakteristik wisatawan Turki adalah liburan bersama keluarga. Kemudian, warga dari 2 benua ini akan lebih memilih destinasi yang bebas dari isu keamanan. "Faktor keamanan dan image juga berpengaruh. Misalnya isu tsunami, teroris sangat berpengaruh untuk wisatawan Turki," ungkapnya.
Melalui kerja sama dengan maskapai diharapkan mampu menarik kedatangan turis dari berbagai negara ke Indonesia khususnya Pulau Bali. "Selama ini mereka (turis Turki) enggan ke sini karena Indonesia dianggap jauh. Dengan adanya penerbangan langsung rasanya akan jadi dekat," ucap Herry.
Kata dia penghasilan per kapita di Turki cukup tinggi yakni sebesar 10.000 USD sedangkan di Indonesia masih rendah berkisar 3.000 USD. Hal itu menunjukkan kelas menengah keatas di Turki cukup besar dan mampu untuk berlibur ke luar negeri.
"Dari 80 juta orang di sana (Turki) saya kira 60% mampu untuk keluar. Karena 10 juta itu keluar negeri liburan. Hampir 80% musim summer begini orang Turki liburan sama seperti di Eropa 3 bulan liburan summer. Bisa meningkatkan Turki ke Indonesia maupun dari negara sekitarnya," jelasnya. (u)